Tuesday, October 03, 2006

Robert Capa, Tak Cuma Memotret Perang, Tapi Membuat Sejarah


Robert Capa adalah fotografer yang kemampuan teknis memotretnya sebenarnya biasa-biasa saja. Namun ,yang membuat ia menjadi tak biasa adalah keberaniannya dalam mengabadikan berbagai peristiwa di medan perang sepanjang Perang Dunia II. Kini, namanya masih dikenang sebagai fotografer legendaris..

Fotografer yang Ingin Jadi Jurnalis

Harus diakui Capa memang fotografer hebat dan hampir tak terkalahkan oleh fotografer dunia lainnya. Di sepanjang kariernya sebagai fotografer, ia berhasil mengabadikan lima peristiwa perang yang berbeda semasa hidupnya. Perang itu adalah Perang Sipil Spanyol (1936-1939), perang Sino-Jepang kedua (1937-1949), PD II memasuki Eropa (1939-1945), perang Arab-Israel (1948), dan perang Indochina pertama (1946-1954). Selain itu, ia juga berhasil mendokumentasikan jalannya Perang Dunia II di London, Afrika Utara, peperangan Normandia di Pantai Omaha (1944), dan Pembebasan Paris (1943).

Robert Capa yang lahir di Hongaria pada 22 Oktober 1913 ini sebenarnya memiliki nama asli Endré Ernö Friedman. Orang tuanya adalah keturunan Yahudi asal Budapest, Hongaria. Saat berusia 18 tahun, Friedman terpaksa meninggalkan tanah airnya untuk menghindari rezim yang saat itu sedang berkuasa di Hungaria. Ia lalu menetap di Berlin, Jerman, untuk memperdalam ilmu politik.

Pada tahun 1931, ia berhasil menjual foto pertamanya pada Majalah Ullstein. Fotonya itu tak lain adalah foto dari Leon Trotsky , tokoh politik penting Soviet pada masa itu. Friedman lalu bekerja sebagai fotografer di Jerman hingga harus pindah ke Prancis pada tahun 1933 akibat tekanan dari rezim Nazi.

Saat di Prancis, ia bertemu dengan gadis asal Polandia, Gerda Taro, yang lalu menjadi tunangannya. Di sana mereka berdua berjuang mendapatkan kartu izin untuk kegiatannya sebagai jurnalis lepas. Nama asli Robert Capa sebagai Endré Ernö Friedman membuat dirinya mudah dikenali sebagai orang Hongaria sehingga menyulitkan dirinya untuk bisa bekerja lebih leluasa sebagai jurnalis dan fotografer. Untuk itu ia bersama Gerda Taro lalu mengidentifikasikan diri sebagai Fotografer Amerika dan mengganti namanya menjadi Robert Capa. Sejak saat itulah ia dikenal sebagai Robert Capa.

Pasangan Robert Capa dan Gerda Taro ini lalu menjadi pasangan yang serasi. Selain sebagai sepasang kekasih yang tampan dan cantik, mereka juga piawai dalam bekerja sama. Gerda bekerja keras menawarkan dan menjual hasil-hasil foto karya Capa, sehingga bisa dikenal di lingkungan luas terutama dunia juru warta. Sebenarnya, Robert Capa lebih ingin menjadi seorang penulis. Namun kondisi kerjanya saat itu membawanya lebih dikenal sebagai juru foto jurnalistik. Lalu, mulailah Robert dengan liputannya ke perang sipil Spanyol pada pada tahun 1935-1937. Mulai dari sanalah, nama besarnya sebagai wartawan perang dimulai. Tahun 1939, Capa pindah ke Amerika.

Fotografer yang Kontroversial

Secara teknis, hasil foto Capa sebenarnya dianggap biasa-biasa saja. Namun, keberanian dan kenekatannya mengabadikan berbagai pertistiwa berbahaya itulah yang menjadikan Capa sulit tertandingi oleh fotografer lain. Meski kadang hasil-hasil jepretannya mengundang kontroversi apakah foto itu memang nyata atau dibuat-buat. Misalnya saja, ketika ia memotret seorang prajurit yang tewas tertembak di Cordoba, pada perang sipil Spanyol. Mengingat jarak yang begitu dekat dengan korban dan waktu yang tepat untuk memotret sesaat setelah korban jatuh, sejumlah orang menanyakan keaslian foto tersebut.

Foto Capa lain yang menjadi kontroversi adalah hasil jepretannya saat ia berenang di Pantai Omaha untuk meliput PD II. Saat itu ia berenang dengan membawa dua kamera Contax II dengan lensa 50mm dan beberapa rol film cadangan. Ia berhasil memotret 108 gambar pada saat-saat awal penyerangan. Sayangnya, salah satu staf di Majalah Life tempatnya bekerja saat itu, membuat kesalahan fatal. Ia mengeringkan foto-foto itu dengan hair dryer sehingga merusak film negatifnya. Hanya ada 11 foto yang berhasil diselamatkan. Padahal, foto-foto yang berhasil di jepret Capa memiliki nilai berita tinggi. Akhirnya, foto-foto tersebut tampak kabur dan terlihat seperti out of focus.

Namun beredar isu, bahwa sebenarnya tak ada kesalahan dalam proses pengolahan filmnya. Foto yang kabur konon sebenarnya memang benar-benar out of focus karena pada saat memotret Capa sangat gemetar karena ketakutan.

Fotografer yang Flamboyant

Nilai berita dan kemanusiaan pada foto-foto yang berhasil ditangkap kamera Capa memang tinggi. Saat sejumlah pihak ingin membeli foto-fotonya, Capa menjualnya cukup mahal. Tak heran jika Capa lalu berkembang menjadi fotografer yang berkecukupan dan hidup sedikit gemerlap. Ia sempat mendirikan Magnum Photos bersama Henri Cartier-Brensson, David Syemour, George Rodger, dan William Vandivert pada tahun 1947. Capa akhirnya menjadi presiden direktur Magnum photos pada tahun 1951.

Capa dikenal sebagai fotografer yang senang berpenampilan rapi dengan baju mahal dan berkumpul bersama berbagai kalangan atas. Tak heran jika ia digemari banyak perempuan. Anak-anak kecil pun banyak yang menyukainya karena Capa juga dikenal sebagai orang yang riang dan gemar bercanda. Lucunya, sebagai orang yang dikenal gagah berani memasuki medan peperangan, ia justru tak bisa menyupir mobil dengan baik. Bahkan oleh teman-temannya, ia terkadang dijuluki pengendara mobil terburuk di dunia.

Di balik kisahnya yang heroik itu, tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya dalam hidupnya Capa menyimpan kesepian yang mendalam, antara lain karena patah hati pada kekasihnya.

Fotografer yang Melegenda

Sayangnya, Capa harus mengakhiri hidupnya dengan peristiwa yang tragis. Ia tewas tertembak saat menjalankan perannya sebagai sukarelawan fotografer perang untuk Majalah Life pada Perang Indochina di Vietnam. Pada 25 Mei 1954, tubuhnya ditemukan terbujur kaku sambil masih memeluk kameranya. Kali ini ia tak sempat menamatkan petualangannya. Ia lalu disemayamkakan di Gedung Quaker, Purchase, New York, Amerika.

Meski Capa telah tiada, namun ia telah meninggalkan banyak kenangan langka dan sejarah pada dunia melalui potret menakjubkan hasil jepretannya. Foto kadang memang bisa direkayasa, namun foto yang sesungguhnya tak akan pernah bohong. Sudah tentu, Capa terbukti banyak menampilkan foto yang mampu bercerita banyak melalui bahasa gambar.

Untuk mengenang keberanian dan jasa Capa itu, Overseas Press Club menggelar acara Robert Capa Award bagi para forografer dunia yang sangat berani dalam meliput peristiwa, namun hasil fotonya juga mampu bercerita banyak. Memang, kita masih membutuhkan banyak Capa yang baru.**SUrien ditebritkan di Gober Nostalgia 58 - Gramedia Majalah 2006
Foto : www.warchronicle.com

No comments: