Tuesday, October 03, 2006

Robert Capa, Tak Cuma Memotret Perang, Tapi Membuat Sejarah


Robert Capa adalah fotografer yang kemampuan teknis memotretnya sebenarnya biasa-biasa saja. Namun ,yang membuat ia menjadi tak biasa adalah keberaniannya dalam mengabadikan berbagai peristiwa di medan perang sepanjang Perang Dunia II. Kini, namanya masih dikenang sebagai fotografer legendaris..

Fotografer yang Ingin Jadi Jurnalis

Harus diakui Capa memang fotografer hebat dan hampir tak terkalahkan oleh fotografer dunia lainnya. Di sepanjang kariernya sebagai fotografer, ia berhasil mengabadikan lima peristiwa perang yang berbeda semasa hidupnya. Perang itu adalah Perang Sipil Spanyol (1936-1939), perang Sino-Jepang kedua (1937-1949), PD II memasuki Eropa (1939-1945), perang Arab-Israel (1948), dan perang Indochina pertama (1946-1954). Selain itu, ia juga berhasil mendokumentasikan jalannya Perang Dunia II di London, Afrika Utara, peperangan Normandia di Pantai Omaha (1944), dan Pembebasan Paris (1943).

Robert Capa yang lahir di Hongaria pada 22 Oktober 1913 ini sebenarnya memiliki nama asli Endré Ernö Friedman. Orang tuanya adalah keturunan Yahudi asal Budapest, Hongaria. Saat berusia 18 tahun, Friedman terpaksa meninggalkan tanah airnya untuk menghindari rezim yang saat itu sedang berkuasa di Hungaria. Ia lalu menetap di Berlin, Jerman, untuk memperdalam ilmu politik.

Pada tahun 1931, ia berhasil menjual foto pertamanya pada Majalah Ullstein. Fotonya itu tak lain adalah foto dari Leon Trotsky , tokoh politik penting Soviet pada masa itu. Friedman lalu bekerja sebagai fotografer di Jerman hingga harus pindah ke Prancis pada tahun 1933 akibat tekanan dari rezim Nazi.

Saat di Prancis, ia bertemu dengan gadis asal Polandia, Gerda Taro, yang lalu menjadi tunangannya. Di sana mereka berdua berjuang mendapatkan kartu izin untuk kegiatannya sebagai jurnalis lepas. Nama asli Robert Capa sebagai Endré Ernö Friedman membuat dirinya mudah dikenali sebagai orang Hongaria sehingga menyulitkan dirinya untuk bisa bekerja lebih leluasa sebagai jurnalis dan fotografer. Untuk itu ia bersama Gerda Taro lalu mengidentifikasikan diri sebagai Fotografer Amerika dan mengganti namanya menjadi Robert Capa. Sejak saat itulah ia dikenal sebagai Robert Capa.

Pasangan Robert Capa dan Gerda Taro ini lalu menjadi pasangan yang serasi. Selain sebagai sepasang kekasih yang tampan dan cantik, mereka juga piawai dalam bekerja sama. Gerda bekerja keras menawarkan dan menjual hasil-hasil foto karya Capa, sehingga bisa dikenal di lingkungan luas terutama dunia juru warta. Sebenarnya, Robert Capa lebih ingin menjadi seorang penulis. Namun kondisi kerjanya saat itu membawanya lebih dikenal sebagai juru foto jurnalistik. Lalu, mulailah Robert dengan liputannya ke perang sipil Spanyol pada pada tahun 1935-1937. Mulai dari sanalah, nama besarnya sebagai wartawan perang dimulai. Tahun 1939, Capa pindah ke Amerika.

Fotografer yang Kontroversial

Secara teknis, hasil foto Capa sebenarnya dianggap biasa-biasa saja. Namun, keberanian dan kenekatannya mengabadikan berbagai pertistiwa berbahaya itulah yang menjadikan Capa sulit tertandingi oleh fotografer lain. Meski kadang hasil-hasil jepretannya mengundang kontroversi apakah foto itu memang nyata atau dibuat-buat. Misalnya saja, ketika ia memotret seorang prajurit yang tewas tertembak di Cordoba, pada perang sipil Spanyol. Mengingat jarak yang begitu dekat dengan korban dan waktu yang tepat untuk memotret sesaat setelah korban jatuh, sejumlah orang menanyakan keaslian foto tersebut.

Foto Capa lain yang menjadi kontroversi adalah hasil jepretannya saat ia berenang di Pantai Omaha untuk meliput PD II. Saat itu ia berenang dengan membawa dua kamera Contax II dengan lensa 50mm dan beberapa rol film cadangan. Ia berhasil memotret 108 gambar pada saat-saat awal penyerangan. Sayangnya, salah satu staf di Majalah Life tempatnya bekerja saat itu, membuat kesalahan fatal. Ia mengeringkan foto-foto itu dengan hair dryer sehingga merusak film negatifnya. Hanya ada 11 foto yang berhasil diselamatkan. Padahal, foto-foto yang berhasil di jepret Capa memiliki nilai berita tinggi. Akhirnya, foto-foto tersebut tampak kabur dan terlihat seperti out of focus.

Namun beredar isu, bahwa sebenarnya tak ada kesalahan dalam proses pengolahan filmnya. Foto yang kabur konon sebenarnya memang benar-benar out of focus karena pada saat memotret Capa sangat gemetar karena ketakutan.

Fotografer yang Flamboyant

Nilai berita dan kemanusiaan pada foto-foto yang berhasil ditangkap kamera Capa memang tinggi. Saat sejumlah pihak ingin membeli foto-fotonya, Capa menjualnya cukup mahal. Tak heran jika Capa lalu berkembang menjadi fotografer yang berkecukupan dan hidup sedikit gemerlap. Ia sempat mendirikan Magnum Photos bersama Henri Cartier-Brensson, David Syemour, George Rodger, dan William Vandivert pada tahun 1947. Capa akhirnya menjadi presiden direktur Magnum photos pada tahun 1951.

Capa dikenal sebagai fotografer yang senang berpenampilan rapi dengan baju mahal dan berkumpul bersama berbagai kalangan atas. Tak heran jika ia digemari banyak perempuan. Anak-anak kecil pun banyak yang menyukainya karena Capa juga dikenal sebagai orang yang riang dan gemar bercanda. Lucunya, sebagai orang yang dikenal gagah berani memasuki medan peperangan, ia justru tak bisa menyupir mobil dengan baik. Bahkan oleh teman-temannya, ia terkadang dijuluki pengendara mobil terburuk di dunia.

Di balik kisahnya yang heroik itu, tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya dalam hidupnya Capa menyimpan kesepian yang mendalam, antara lain karena patah hati pada kekasihnya.

Fotografer yang Melegenda

Sayangnya, Capa harus mengakhiri hidupnya dengan peristiwa yang tragis. Ia tewas tertembak saat menjalankan perannya sebagai sukarelawan fotografer perang untuk Majalah Life pada Perang Indochina di Vietnam. Pada 25 Mei 1954, tubuhnya ditemukan terbujur kaku sambil masih memeluk kameranya. Kali ini ia tak sempat menamatkan petualangannya. Ia lalu disemayamkakan di Gedung Quaker, Purchase, New York, Amerika.

Meski Capa telah tiada, namun ia telah meninggalkan banyak kenangan langka dan sejarah pada dunia melalui potret menakjubkan hasil jepretannya. Foto kadang memang bisa direkayasa, namun foto yang sesungguhnya tak akan pernah bohong. Sudah tentu, Capa terbukti banyak menampilkan foto yang mampu bercerita banyak melalui bahasa gambar.

Untuk mengenang keberanian dan jasa Capa itu, Overseas Press Club menggelar acara Robert Capa Award bagi para forografer dunia yang sangat berani dalam meliput peristiwa, namun hasil fotonya juga mampu bercerita banyak. Memang, kita masih membutuhkan banyak Capa yang baru.**SUrien ditebritkan di Gober Nostalgia 58 - Gramedia Majalah 2006
Foto : www.warchronicle.com

Coco Chanel: Menyentuh Mode Dunia dengan Kesederhanaan


Hidup di tengah kekerasan perang dan ekonomi yang sulit ternyata justru memberi Coco Chanel banyak ide untuk berkreasi di industri mode dunia. Meski kini telah tiada, namanya tetap menjadi simbol mode kelas atas.


Masa Lalu tak Bahagia

Coco Chanel yang memiliki nama asli Gabrielle Bonheur Chanel ini lahir pada 19 Agustus 1883 di kota kecil Saumur, Prancis.

Masa kecilnya bukanlah masa yang terlalu indah. Chanel lahir sebagai anak di luar pernikahan resmi dari orang tua yang miskin. Kesedihan sudah akrab dengannya sejak dia masih cilik. Saat usianya baru dua belas tahun, ibunya meninggal dalam usia tiga puluh tiga tahun karena kurang gizi dan terlalu keras bekerja.

Tak lama setelah kematian ibunya itu, ayahnya menyerahkan Chanel serta saudara laki-laki dan perempuannya untuk diadopsi keluarga-keluarga yang lain. Praktis Chanel cilik harus hidup terpisah dari keluarganya dan menjalani hidup
yang keras. Tapi justru itulah yang menempanya menjadi mandiri.

Membuka Usaha

Hingga Chanel dewasa, keadaan perekonomian keluarganya masih saja pas-pasan. Hingga pada tahun 1912, dia bertemu dengan konglomerat Arthur "Boy" Capel. Arthur lalu memberi bantuan keuangan yang cukup besar untuk Chanel guna membuka toko topi perempaun pertamanya pada tahun 1913. Minat Coco terhadap dunia mode memang sudah terlihat.

Tapi gebrakan nasib baiknya yang sesungguhnya datang saat Chanel membuka butik pertamanya di 31 rue Cambon pada awal tahun 1920-an. Padahal saat itu Amerika sedang mengalami masa-masa sulit. Butik itu dibuka masih dengan bantuan keuangan dari Arthur. Butik tersebutlah yang di kemudian hari melegenda hingga kini.

Segera setelah butiknya itu dibuka, cabang-cabangnya juga dibuka di kota lain. Dalam waktu singkat, butik-butiknya memperkerjakan sekitar 300 pegawai.
Pada tahun 1931, para pelaggannya sudah mencapai kalangan atas. Sebut saja, Kathrine Hepburn, Grace Kelly, Elizabeth Taylor, dan Gloria Swanson. Mereka adalah orang-orang yang sempat memakai gaun rancangannya..


Simbol Mode dan Inovator

Keberhasilan Chanel dalam mengembangkan usaha fashionnya, bukan saja karena kepiawaiannya berbinis, namun didukung kreatifitasnya yang cemerlang dan inovatif.

Pengalaman Chanel bekerja sebagai perawat di tengah suasana perang dan hidup dalam kesederhanaan mempengaruhi garis disain pakaian yang dibuatnya. Namun justru kesederhanaan itulah yang membuat mode-mode pakaian Chanel mudah diterima masyarakat. Selain pakaian, Chanel juga mendisain berbagai asesoris hingga parfumnya yang dikenal dunia, Chanel No 5.

Tahun 1939 Channel menutup butik-butiknya, lalu meninggalkan Paris dan tinggal di Switzerland selama 15 tahun. Tapi tahun 1954, Chanel memutuskan aktif kembali di industri mode dengan mengubah gaya rancangannya yang klasik itu. Tahun 1950-an hingga tahun 1960-an, rancangannya mulai merambah ke bintang-bintang muda Hollywood, seperti Audrey Hepburn and Anne Baxter.

Chanel wafat pada tahun 1971 di Switzerland . Sebelum dia wafat, baju atau gaun rancangannya bisa berharga hingga US $ 12.000. Tahun 1980-an, usaha rumah modenya diambil alih oleh Karl Lagerfeld yang juga seorang perancang mode. Lagerfeld lalu memadukan unsur modern dengan disain Chanel yang klasik. Kini baju hasil rancangan rumah mode Chanel mencapai US $ 5000. Sebuah harga yang pantas untuk sebuah simbol mode kelas atas. **Surien

Dimuat di Gober Edisi Temastis GALS, 2004
Foto : www.designpage.com.au

Yang Unik dari Timbuktu


Lelaki bercadar

Di bagian tertentu di dunia, kita mengenal daerah yang kaum perempuannya memakai cadar penutup wajah. Namun pada suku Tuareg yang merupakan penduduk asli Timbuktu, cadar justru dipakai kaum laki-lakinya untuk menutupi wajah mereka. Para lelaki ini akan mulai memakai cadar penutup muka dan surban pada usia sekitar dua puluh tahun.

Memakai cadar adalah tanda bahwa kaum lelaki dari suku Tuareg telah siap menjadi pemimpin rombongan dan cukup matang untung menikah. Cadar tersebut dipakai untuk menutupi mulut mereka sebagai simbol kesopanan dan ketaatan mereka terhadap nilai-nilai tradisional yang masih kental. Sedangkan sorban yang mereka pakai dipercaya mampu melindungi pemakainya dari gangguan roh jahat atau jin. Dan tahu nggak, sorban yang mereka lilitkan di kepala itu panjangnya bisa mencapai 5 meter lebih, lho…

Suku ini juga dikenal sebagai “manusia biru dari gurun pasir” karena pakaian dan surban mereka kebanyakan berwarna indigo alias biru….Jauh dari Laut, tapi Kaya GaramLetak Timbuktu yang dikelilingi gurun pasir itu memang agak jauh dari laut. Tapi Timbuktu justru terkenal sebagai tempat yang berkembang pesat karena perdangangan garam.

Tambang garam yang terkenal di Timbuktu adalah Taoudenni. Kok, bisa, sih, jauh dari laut tapi kaya akan garam? Sst, garam di Timbuktu bukan berasal dari lautan, lho. Garam itu berasal dari danau tua yang mongering jutaan tahun lampau. Namun teknik penambangannya belum begitu memperhatikan keselamatan. Kandungan garam bisa ditemukan sekitar satu meter dari bawah permukaan tanah.

Sayangnya, garam hanya bisa dijangkau melalui sistem parit dan terowongan yang digali sedalam 6 sampai 200 m. Lempengan garam dipakai sebagai penyangganya. Garam yang diya digali berbentuk balok-balok besar dan nantinya akan dipecah menjadi potongan kecil. Tapi biarpun sudah dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil, ukuran garam itu tetap saja termasuk besar.

Untuk mengangkut hasil galian garam tersebut, para penambang garam kadang ada yang harus menggunakan unta sebanyak 30 hingga 300 ekor. Setiap unta bisa mengangkut empat hingga enam balok garam yang masing –masing beratnya mencapai 45 kg. Wuih, seperti karnaval saja, ya…

Minum Air Seni Demi Mencapai Timbuktu

Timbuktu yang pada abad ke-14 dikenal sebagai Elderado-nya Afrika atau sebagai kota penghasil emas, memang mengundang banyak penjelajah untuk mencari keberuntungan di sana. Medan gurun yang panas dan berat tidak membuat para penjelajah mengurungkan niat mereka ke Timbuktu.

Pada tahun 1700-an dan awal 1800-an, banyak penjelajah yang berusaha mencapai Timbuktu namun tak satu pun yang bisa kembali dengan selamat. Sebab, medan di gurun tersebut sangatlah berat dan sangatlah sulit untuk mendapatkan air. Daripada menghadapi ajal, mereka memilih untuk menghimpun kekuatan tubuh dengan sering kali terpaksa meminum air seni unta, air seni mereka sendiri, atau bahkan darah sebagai upaya bertahan di padang Sahara yang tandus! Hiiii….

Kota yang Dibangun dengan Lumpur

Kota Timbuktu antara lain dikenal dengan keunikan rumah-rumah penduduknya yang dibangun dari lumpur dan batu granit. Rumah-rumah penduduk itu terbangun mengelilingi kota. Barulah di tengah kota, dibangun sentral perdagangan.Selain rumah penduduk yang unik tersebut, ada juga bangunan tersohor yang juga terbuat dari lumpur dan batu granit, yaitu mesjid Djingereber.

Mesjid ini diperkirakan merupakan bangunan terkuno dan terbesar di dunia yang terbuat dari bahan dasar Lumpur. Mesjid Djingereber dibangun dengan lumpur dan campuran bahan-bahan organik seperti serabut, jerami, dan kayu. Mesjid yang diduga dibangun abad ke-13 ini memiliki arsitektur yang unik. Konon, bentuk mesjid inilah yang menjadi ide dibangunnya rumah-rumah penduduk yang terbuat dari lumpur.

Selain mesjid Djingereber, Timbuktu juga memiliki dua mesjid lainnya yang termasuk mesjid terbesar di Afrika Barat dan…terbuat dari lumpur juga.

Penjelajah Timbuktu, Tewas tanpa Hasil

Adalah Alexander Gordon Laing, penjelajah asal Skotlandia yang berhasil mencapai Timbuktu setelah melakukan perjalanan hampir satu tahun satu bulan pada tahun 1826. Dalam perjalanannya menuju Timbuktu, tangannya terluka akibat serangan pedang dari suku Tuareg. Setelah sembuh dari lukanya, Laing tetap berusaha mencapai Timbuktu. Tapi sesampai di Timbuktu, dia sangat kecewa karena yang dilihatnya di sana tidaklah sehebat yang dia dengar. Laing hanya bertahan sebulan di sana lalu mencoba pulang. Namun sayangnya, baru dua hari dalam perjalanan pulang, dia terbunuh oleh suku pengembara.

Selain Laing, masih banyak penjelajah lain yang mencoba peruntungan di Timbuktu. Namun banyaknya penjelajah yang berambisi memperoleh emas di Timbuktu justru mengundang banyak pertempuran antara mereka dengan suku setempat, juga antara para penjelajah itu sendiri. Tempat itu akhirnya hancur karena kekerasan yang sering terjadi. Dan akhirnya emas cuma menjadi legenda. Memang, kalau kita serakah, akhirnya justru tak mendapat apa-apa…**surienDimuat di DOnal edisi Khusus TImbuktu, 2004

Foto .www.loftyshelters.com

Menembak, Latihan Sabar Sambil Bikin Prestasi

Mau belajar menembak? Dar! Der! Dor! Jangan takut dulu… Menembak yang ini adalah olahraga menembak sasaran, bukan asal menembak.

Olahraga Fisik dan Mental

Kok, menembak bisa jadi olahraga, sih? Sama seperti halnya catur, menembak memang nggak terlihat seperti olahraga yang membutuhkan banyak gerakan dinamis. Meski begitu, menembak tetap membutuhkan stamina dan fisik yang kuat, lho.

“Misalnya saja lengan harus kuat, karena memegang senjata dalam waktu yang lama bukan hal yang ringan, lho,” jelas ibu Erni Soekarno F , wakil ketua bidang Target di Klub Tantra, salah satu klub menembak yang bermarkas di Gedung Perbakin, Senayan.

Disamping itu tangan atau lengan dan kaki juga harus tangguh. Karena seorang penembak bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berlatih atau berkompetisi dengan posisi berdiri.

Nah, selain ketahanan fisik, penembak sasaran dituntut kesabaran dan daya konsentrasi yang tinggi. Itu juga bukan hal yang mudah. Harus banyak latihan dan ketekunan. Ketika hendak berlatih pun, penembak harus bisa mengatur emosinya agar nggak terbawa saat menembak. Tembakan bisa jelek gara-gara pikiran terganggu.

Pistol dan Senapan

Secara umum senjata yang dipakai dalam olahraga menembak bisa dibagi jadi dua golongan, yaitu pistol dan senapan. Masing-masing jenis senjata ini lalu punya berbagai kategori, sesuai dengan tipe senjatanya dan jarak tembak.

Bagi pemula, biasanya awalnya akan memulai dengan jenis air pistol atau air rifle dengan jarak tembak 10 meter. Antara senapan dan pistol, masing-masing memiliki kekhasannya sendiri. Namun diakui Ibu Erni senapan cenderung menuntut persiapan menembak yang lebih rumit dibanding menembak dengan pistol.
Kalau dengan pistol, penembak nggak perlu pakai baju khusus. Pistol yang beratnya relatif ringan memungkinkan penembak cukup memegang dengan satu tangan.

Sedangkan dengan senapan, penembak harus mengerahkan kedua tangannya untuk memegang senapan yang cukup berat. Selain itu penembak juga harus memakai pakaian khusus dari kulit, agar posisi menembak lebih stabil, nggak banyak bergoyang. Tapi baik menembak dengan pistol maupun senapan, penembak wajib memakai sepatu khusus yang alasnya datar dan didisain khusus. Semua peralatan menembak itu harganya cukup mahal, lho.

Biaya Mahal, Ada Jalan Keluar

Harga senjata dan perlengkapan menembak yang cukup mahal diakui Ibu *** memang kadang mengurungkan niat para peminat.

“Tapi sebenarnya kalau di sini (Tantra-red) calon penembak jangan khawatir dulu soal biaya,” tandas Ibu Erni. “Awalnya, biasanya kami pinjamkan dulu alat-alatnya. Nanti kalau sudah ada uang, atau dapat hadiah uang dari hasil kompetisi, bisa dipakai untuk mencicil biaya pembelian senjata,” jelas Ibu Erni yang juga mantan atlet menembak ini.

Bahkan bagi anggota Tantra yang berbakat dan berprestasi, pihak Tantra nggak segan-segan mencarikan sponsor untuk mendanai biaya yang dibutuhkan. Untuk saat ini, anggota klub Tantra yang belum mampu membeli senjata sendiri, cukup membayar uang pendaftaran dan iuran tahunan yang relatif terjangkau. Wah, asyik juga, ya… Siapa mau mencoba?


PROFIL

Renate Nadya A

Cewek peraih juara I di Singapore Shooting Festival 2002 di kelas beregu air pistol ini mengaku kadang ngerasa bosen berlatih menembak. “Kalau sudah begitu, biasanya aku berhenti latihan dulu selama seminggu. Nah, nanti kan pasti ngerasa kangen lagi nembak, baru, deh, latihan lagi,” ujarnya.

Awalnya dia tertarik memilih jenis senapan. Tapi karena harga pakaian dan peralatan menembaknya relatif sangat mahal, dia jadi urung. “Pakaiannya kan nggak bisa dijual. Nah, kalau baru sebentar udah nggak cukup lagi, kan sayang… Padahal aku menembak, kan, untuk jangka panjang,”jelasnya.



Letta Sheva DA

Meski belum lama berlatih menembak (pistol), Letta merasa sudah cukup enjoy menembak. Berhubung masih baru, Letta juga nggak mau membeli peralatan menembak dengan memilih yang mahal. Misalnya saja, sepatu menembak yang dibelinya adalah buatan lokal.

“Harganya kira-kira cuma tigaratusan ribu. Kalau yang buatan luar, mahal banget. Bisa sampai satu setengah juta. Yang ini saja sudah cukup bagus, jadi nggak perlu beli yang buatan luar,” kisah cewek yang kalau latihan menembak ini tetap bisa berdandan modis.


Sitri Darsiah

Ikut latihan menembak secara serius sudah dilakoninya sejak seragam sekolahnya masih putih biru. Nggak heran prestasinya juga sudah seabrek. Bahkan dia juga sudah pernah mengikuti pelatihan kelas pelatih. Wah, bisa dibayangkan, tembakannya pasti sudah jago, ya.

Afit Rahmanik

Ikutan olahraga menembak diakui Afit bisa membuat dirinya jadi lebih sabar, telaten, dan pe-de. “Dulu aku gampang emosi, sekarang udah nggak lagi, lho” ujar cewek yang memilih senapan sebagai alat menembaknya.

Niatnya menembak secara serius dibuktikan dengan rajinnya Afit berlatih. “Seminggu bisa empat kali. Kalau bosen, ya, seminggu dua kali,” tambah Afit. Selain itu, peralatan dan pakaian menembak Afit sengaja dibeli Afit di Jerman. *** Surien Foto : Surien, dok.Tantra

Dimuat di for GIRLS, terbitan Gramedia-Majalah, 2003

foto : www

Seputar Film Anak-anak Badung, Makin Usil, Makin Disukai

Anak kecil yang usil, tetapi lucu, pandai, dan berpenampilan menawan adalah salah satu karakter yang disukai para pecinta film anak atau keluarga. Tidak heran jika ada film anak atau keluarga yang meledak di pasaran, si bintang cilik yang berperan di film tersebut bisa jadi superstars atau jutawan mendadak. Soalnya, perannya memang bikin gemas, sih…

Kisah si Badung
Salah satu resep membuat film anak atau keluarga adalah membuat tontonan yang ringan dan bintang yang memikat. Setting cerita cukup sederhana saja, namun bisa menjadi terlihat menarik karena peran menakjubkan bocah-bocah cilik yang berakting di dalamnya.

Lihat saja film Home Alone yang meledak di pasaran dunia pada tahun 1990. Film ini bercerita tentang Kevin McCallister, seorang bocah delapan tahun yang tertinggal oleh keluarganya yang pergi ke Prancis untuk liburan Natal. Ketika di rumah sendirian, tak disangka ada dua perampok yang ingin menguras isi rumahnya. Maka, dengan berbagai akal bulusnya, dia berhasil memperdaya perampok itu dan menggagalkan usaha jahat mereka.

Kevin yang diperankan oleh Macaulay Culkin itu berhasil menarik perhatian penonton. Culkin yang sebelumnya tak dikenal, dalam sekejap menjadi jutawan dan aktor cilik dengan honor yang melampaui honor seniornya. Dia pun diburu untuk bermain dalam sejumlah film layar lebar. Antara lain, My Girls, Home Alone2, Ritchie Rich, dan lain-lain.

Serupa dengan Home Alone, sejumlah film anak dan keluarga dibuat dengan cerita utama kejahilan bintang ciliknya. Diantaranya, Dennis the Manace (diperankan Mason Gamble), Monkey Trouble (diperankan Thora Birch), dan It Takes Two (diperankan si kembar Mary-Kate Olsen dan Ashley Olsen)

Film-film anak dan keluarga itu memang tak sesukses Home Alone. Namun film-film tersebut, toh, tetap bisa jadi pilihan yang segar bagi pecinta film keluarga. Biasanya, film-film keluarga semacam itu diputar saat musim liburan, khususnya menyambut hari Natal.


Sudah Tak Kecil Lagi

Para pemain cilik yang dulu memukau penonton karena wajah dan aktingnya yang menggemaskan itu kini memang bukan bocah cilik lagi. Bahkan mereka telah menjelang dewasa. Meski mereka tak lagi berperan sebagai bocah cilik yang badung, namun di keseharian sebagian mantan aktor dan aktris cilik itu, kadang masih mendapat julukan yang “badung”.

Macaulay Culkin yang jejak main filmnya itu diikuti oleh adiknya, justru memilih menikah di usia muda dan tidak banyak menampilkan kemampuan aktingnya lagi di layar lebar. Keputusannya menikah itu sempat mengecewakan banyak penggemarnya, yang bertaruh bahwa pernikahannya bakal tak langgeng. Belakangan, Macalauy memang tak bisa mempertahankan rumah tangganya bersama gadis seumurannya itu.

Image gadis cilik usil yang melekat pada Thora Birch kini bisa dibilang berubah menjadi image gadis menjelang dewasa yang sexy. Namun dalam urusan acting, kemampuan Thora Birch mulai diperhitungkan sebagai aktris berbakat. Misalnya saja, dalam film American Beauty yang berhasil meraih predikat the Best Pictures pada Academy Award, Thora berperan cemerlang sebagai Jane Burnham. Selain itu Thora juga menjadi nominasi Golden Globe di tahun 2001 atas perannya dalam film Ghost World.

Mason Gamble yang kini remaja bisa dibilang cukup laris main film dan punya kesempatan untuk bermain dengan bintang senior. Diantaranya, Mason sempat bermain dalam film Gattaca yang dibintangi Uma Thurman and Ethan Hawke.

Sedangkan si kembar Mary-Kate Olsen dan Ashley Olsen yang disebut sebagai milyuner muda itu mulai menggeluti dunia jurnalistik, bahkan juga dunia tarik suara, plus berbagai kegiatan lain yang seabrek.
Bintang-bintang cilik itu memang telah beranjak dewasa.

Menyusul ketenaran mantan bintang cilik itu, kini memang masih banyak bocah-bocah cilik yang tak kalah dalam soal adu akting. Sayangnya, belum tentu peran mereka terpaut di hati para penonton. Duh…, yang badung memang selalu dikenang, ya? **surien

Dimuat di Gober Tematis edisi DIdi, terbitan Gramedia, 2002


Foto : news.bbc.co.uk/

Kisah anak2 badung Disney, Yang Kecil, yang Nakal, dan yang Lucu….


Siapa saja, ya, yang sering bikin orang jadi gemas karena tingkahnya yang nakal dan lucu? Hm…tapi biar jahil, mereka sebenarnya anak yang baik, kok…

Si Kecil Hiawata

Karakter Little Hiawatha atau Si Kecil Hiawata pasti sudah tidak asing lagi. Meski hanya pernah muncul sekali dalam film animasi, Si laki-laki cilik Indian cukup popular di komik. Hiawata dikisahkan sebagai bocah cilik Indian yang sangat ingin bisa segera menjadi pemburu handal. Ia selalu berusaha membuktikan bahwa ia telah mampu melakukan berbagai hal seperti yang dilakukan oleh para Indian dewasa.

Sudah pasti usahanya itu sering gagal., malah kerap menimbulkan masalah bagi dirinya. Akibatnya, ia justru sering jadi bulan-bulanan ayahnya atau orang dewasa yang ada di sukunya. Ayahnya bahkan bertambah yakin, bahwa Hiawata masihlah bocah ingusan yang belum bisa apa-apa.

Pada penampilannya di film, antara lain dikisahkan Hiawata berusaha berburu kelinci kecil. Tapi lama-kelamaan, justru Hiawatalah yang diburu oleh beruang besar dan buas. Si kelinci yang tadinya diburu oleh Hiawata, berbalik menolongnya. Kelinci itu meminta pertolongan seisi hutan untuk menyelamatkan Hiawata dari kejaran beruang. Karakter Hiawata di komik juga tak beda jauh. Hanya saja, Hiawata juga sering dikisahkan sering bertengkar dengan saudara perempuannya yang bernama Sunflower atau Mentari. Yah, namanya juga kakak adik…pasti sesekali juga pernah bertengkar, kan?

Kwik, Kwek, dan Kwak

Huey, Dewey, dan Louie alias Kwik, Kwek, dan Kwak, adalah keponakan Donal Bebek yang sering membuat Donal kehilangan kontrol emosinya. Tapi siapa, sih, sebenarnya para keponakan ini?

Inspirasi nama asli Huey, Dewey, dan Louie sebenarnya berasal dari tokoh politik Huey P.Long dari Louisiana, Thomas E.Dewey dari New York dan Louie Schimdt (salah seorang artis dari Disney).

Pada penampilan perdananya dalam Donald Duck Sunday comic strip tanggal 17 Oktober 1937 (digambar oleh Al Taliaferro dan cerita oleh Ted Osborne), dikisahkan bahwa suatu hari Donal menerima sebuah kartu pos dari kakak perempuannya, Della Duck atau Dumbella Bebek. Dalam suratnya Della mengatakan hendak menitipkan ketiga anaknya di rumah Donal. Soalnya, suaminya sedang di rumah sakit karena terkena musibah ledakan. Selintas Donal sempat merasa kawatir, jangan-jangan ketiga keponakannya itu tidak sepatuh yang digambarkan Dumbella. Selain itu, kemungkinan besar mereka tak hanya menginap dalam waktu yang singkat.

Benar saja. Ketika Kwik, Kwek, dan Kwak tiba di rumah Donal, dalam sekejap keadaan menjadi kacau. Rumah menjadi berantakan berat, karena mereka bermain polo dengan sepeda di dalam rumah. Mulai saat itu, kehidupan Donal memang tak seperti biasa lagi.
Kenyataannya, hingga kini ketiga keponakannya itu memang tetap tinggal di rumah Donal yang mungil. Dalam perkembangan ceritanya saat ini, Kwik, Kwek, dan Kwak tidak menjadi anak yang terlalu badung lagi. Mereka sering menjadi penolong bagi paman mereka, yaitu Gober dan Donal. Bahkan dalam kelompok Pramuka Siaga tempat mereka bergabung, mereka menjadi teladan bagi teman-teman yang lain karena prestasi mereka yang membanggakan.


Titi, Tita, dan Tati

Bicara soal Kwik, Kwek, dan Kwak, tidak lengkap rasanya kalau tidak bicara soal April, May dan June, alias Titi, Tita, dan Tati. Soalnya, ketiga cewek-cewek ini adalah keponakan Bibi Desi. Yang artinya, sepupu mereka juga.

Titi, Tita, dan Tati pertama kali muncul di komik Walt Disney terbitan tahun 1953. Saat itu, mereka belum punya nama. Barulah pada penampilan mereka berikutnya tahun 1960, karakter mereka mulai diberi nama.

Mereka bertiga konon adalah putri Donna Duck, saudara Desi Bebek. Meskipun karakter orang tua mereka tidak jelas, mereka bertiga digambarkan tinggal di rumah yang berbeda dengan Bibi Desi. Dalam pertemuan keluarga bebek, Bibi Desi sering mengajak mereka turut serta. Soalnya, Titi, Tita, dan Tati memang sering berkunjung ke rumah Bibi Desi. Oleh sang penciptanya, Carl Barks, karakter Titi, Tita, dan Tati digambarkan punya hubungan yang unik dengan Kwik, Kwek, Kwak. Kadang mereka terlihat rukun, tapi di lain waktu mereka bisa saling bertengkar. Mereka seringkali saling berbuat jahil.

Selain itu Titi, Tita, dan Tati juga anggota Pramuka Siaga. Mereka sering bersaing dengan anggota pramuka siaga laki-laki yang juga diikuti oleh Kwik, Kwek, dan Kwak. Namun dalam kegiatan pramuka, mereka bersaing positif, kok.


Kembar Morti dan Fredi

Morty dan Fredy atau yang kita kenal dengan Morti dan Ferdi, adalah dua keponakan Miki Tikus. Dari penampilan mereka berdua yang sangat mirip, sudah bisa diduga bahwa mereka adalah saudara kembar dan… jahil!

Si kembar ini pertama kali muncul di komik “Mickey Mouse’s Nephews” yang terbit tahun 1932. Ide karakter ini sebenarnya diambil dari sejumlah tokoh yang sering muncul di awal-awal cerita Miki Tikus. Waktu itu banyak dimunculkan beberapa karakter yang menggambarkan tokoh keponakan yang yatim piatu sehingga harus tinggal bersama kerabatnya. Akibatnya, tokoh Ferdie sempat dihilangkan karena karakter keponakan yatim piatu sudah terlalu banyak. Tapi tokoh Ferdie akhirnya dimunculkan kembali.

Jadi, siapa, sih, sebenarnya si Kembar ini? Kisah awal si kembar ini berawal ketika suatu hari, Nyonya Fieldmouse atau Amelia, tikus perempuan berbadan tinggi datang ke rumah Miki. Diperkirakan Nyonya Fieldmouse ini adalah tetangga Miki. Dia meminta Miki untuk merawat Morti dan Ferdi selama dia pergi melakukan suatu urusan. Dalam perkembangan cerita, si kembar berubah menjadi keponakan Miki. Dalam penampilannya sekarang, Morti dan Ferdi sering muncul bersama si Pluto, anjing peliharaan Miki.

Kejahilan si kembar ini antara lain bisa disaksikan di film kartun pendek berjudul Mickey’s Steam-Roller. Di film tersebut dikisahkan, Miki sedang mengendarai mesin penggiling jalan untuk memperbaiki jalan yang sedang rusak. Saat itu melintaslah Mini yang sedang mendorong kereta bayi berisi dua bayi yang nakal. Setelah mengajak mereka berkeliling sebentar dengan mesin penggiling jalan itu, Miki lalu berusaha mencuri kesempatan untuk berduaan dengan Mini. Kesempatan itu digunakan oleh si kembar Morti dan Ferdi untuk “membajak” mesin penggiling jalan. Akibatnya sudah pasti menyebabkan sejumlah kekacauan. Mesin itu “mengamuk” dan menabrak sana sini dan merusak berbagai tempay. Duuh… Nakalnya, ya…

*** Surien


Dimuat di Gober Tematis edisi DOni, terbitan Gramedia Majalah, 2002
Foto : animated-news.com


Penemu dari Kota Bebek


Siapa penemu alat penembus ruang dan waktu? Atau siapa yang sangat ahli di bidang kimia, fisika, matematika, sejarah, atau arkeologi? Einstein? Bukan… Archimedes? Bukaaan! Para ilmuwan genius itu ternyata berasal dari Kota Bebek…

Ludwig Von Drake

Di kota keluarga bebek, Ludwid digambarkan sebagai paman Donal yang eksentrik. Menurut cersi cerita karya Don Rosa, Ludwid ini menikah dengan tante Donal yang bernama Matilda. Meski masih tergolong paman Donal, tapi sifat dan penampilan Ludwid sangat jauh berbeda dengan Donal.

Dalam film kartun, Ludwid digambarkan ilmuwan yang gaya bicaranya agak beraksen Jerman (Wah.., pada tahu, nggak, aksen orang Jerman itu bagaimana?—red). Dia adalah ilmuwan dan profesor yang meguasai banyak bidang. Misalnya saja, ilmu pengetahuan, arkeologi, sejarah, permainan berburu, dan psikologi anak.

Lucunya, si Ludwid ini malah sering bingung kalau harus menjelaskan apa artinya psikologi itu.Tapi lama kelamaan bisa juga. Yah, namanya juga ilmuwan jenius, suka ling lung juga kan? Selain itu, penemuan-penemuan yang sering dilakukan kadang malah bikin keadaan jadi kacau.

Salah satu penemuannya adalah mesin pengganda uang! Ia yakin bahwa penemuannya itu bisa menyelamatkan masyarakat dari kemelaratan, tapi alat itu malah akhirnya membuat ia dipenjara karena dianggap melakukan pemalsuan uang.

Niatnya, sih, baik, tapi akibatnya… Penemuannya yang lain adalah mesin waktu. Tapi ketika Ludwid jadi tergantung pada penemuannya itu agar bisa keluar dari masalah-masalahnya, mesin waktu itu malah bekerja lebih heboh lagi dan di luar dugaan. Hasilnya, lagi-lagi Ludwid malah dapat masalah baru…

Lang Ling Lung

Dalam komik-komik Disney, Lang Ling Lung alias Gyro Gearloose adalah penemu jenius yang mampu menciptakan apa saja. Karena itu, hampir semua penduduk Kota Bebek pernah minta pertolongan bebek lajang ini untuk dibuatkan suatu alat yang canggih atau melakukan penelitian tertentu. Dalam kesehariannya, karakter ciptaan Carl Barks ini selalu dibantu oleh si Lampu.

Salah satu pelanggan tetapnya adalah Paman Gober, yang hampir selalu minta bantuan Lang Ling Lung untuk urusan menciptakan pengaman tercanggih untuk Gudang Uang miliknya. Bahkan penemuan Lang Ling Lung sering jadi jalan keluar bagi Paman Gober jika sedang bersaing dengan rivalnya, Gober Bebek.

Ternyata kepandaiannya itu berasal dari ayahnya yang juga jenius, Fulton Gearloose. Fulton Gearloose adalah karakter ciptaan Don Rosa. Fulton digambarkan sebagai bebek yang ahli memperbaiki benda apa saja. Nggak heran, kalau bakatnya mengotak atik barang rusak jadi kembali berfungsi ini menurun pada Lang Ling Lung.
Kakek Lang Ling Lung, Ratchet Gearloose, ternyata juga seorang penemu. Diantaranya Rachet menemukan pil penjernih air dan bekerja untuk menemukan sumber energi yang lebih aman.

Di beberapa cerita Disney, Lang Ling Lung juga digambarkan memiliki keponakan jenius bernama Newton Gearloose. Wah… Sepertinya keluarga Lang Ling Lung memang jenius dan jago menemukan inovasi baru, ya…


**surien

Dimuat di Gober Tematis edisi EUREKA<>


Foto : duckman.pettho.com

Berburu Jejak Bahariwan Dunia dengan Koleksi Replika Kapal


Tertarik akan riwayat kebesaran Bahariwan Cina Laksamana Ceng Ho, yang hidup sekitar abad 14 – 15 SM, Profesor DR. H. M. Hembing Wijayakusuma kemudian membuat sejumlah replika kapal-kapal Laksamana Cheng Ho.

Mengenang Tokoh Favorit

Selain dikenal sebagai laksamana perang handal dari Cina, Laksamana Kapal Cheng Ho juga dikenal sebagai pimpinan ekspedisi besar. Ia memimpin sekitar 27 ribu anak buah, untuk mengunjungi 38 negara di dunia dengan menggunakan 308 kapal. Salah satu tempat yang disinggahi dalam lawatannya itu adalah Indonesia. Ekspedisi tersebut memakan waktu sekitar 28 tahun. Wuih, hebat, ya…!

Di Indonesia, Laksamana Cheng Ho yang dilahirkan pada tahun 1371 dengan nama asli Ma Ho ini, diperkirakan antara lain berlabuh di daerah Muara Jati, atau di sekitar Makam Sunan Gunung Jati, Cirebon. Misi tim ekspedisi tersebut adalah menjalin hubungan perdamaian dua arah dengan negara lain, pembaharuan dan penyebaran agama, dengan melakukan perdagangan. Bahkan, saat berada di Cirebon, Laksamana Cheng Ho juga sempat membangun mercusuar.

Sejarah tersebut menunjukkan, ternyata negara kita sudah punya hubungan baik dengan Cina sejak lama. Bagi Prof. Hembing, apa yang dilakukan Laksamana Cheng Ho selama di Nusantara, patut diteladani.

Miniatur Kapal : Simbol Sejarah

Untuk mengenang perjalanan Laksamana Cheng Ho, Prof. Hembing sengaja membuat replika kapal-kapal yang digunakan Laksamana Cheng Ho dalam lawatannya ke Indonesia.

“Miniatur kapal-kapal Cheng Ho merupakan simbol sejarah yang telah ada, yang menyimpan berbagai kisah, dan menjadi peringatan untuk kita, untuk tetap memelihara dan mengambil hikmahnya,” jelas Prof. Hembing.

Saat ini, ia telah memiliki 10 buah miniatur kapal. Kapal-kapal tersebut dibuat oleh tenaga yang memiliki kemampuan memadai untuk membuat miniatur kapal. Satu diantara miniatur kapal yang dimilikinya adalah jenis kapal induk. Pembuatan miniatur kapal tersebut memang tidak sembarangan.

Model atau disainnya dibuat berdasarkan referensi dari para pakar yang paham tentang sejarah Laksamana Cheng Ho. Tak hanya pakar dari Indonesia, tapi juga dari Yunan, Quanzhou, Fuzien, Nanjing, Xian, Beijing, dan lain-lain.Karena itu, miniatur kapal yang dibuat baru bisa 10 buah. Selain perlu riset khusus untuk mengetahui disain aslinya, pembuatan miniatur kapal tersebut juga memakan biaya yang tak sedikit. Namun, Prof. Hembing enggan menyebutkan berapa tepatnya biayanya. Yang pasti, Prof. Hembing bertekad kelak bisa membuat replika kapal-kapal lain Cheng Ho.

Perawatan

Sayangnya, miniatur-miniatur kapal tersebut belum memiliki tempat penyimpanan khusus. Rencananya, kapal-kapal tersebut akan digunakan untuk mengisi Museum Cheng Ho, yang diharapkan bisa segera dibangun.

Untuk perawatanmya, Prof. Hembing mempercayakannya pada tenaga yang khusus mengurus koleksi tersebut. Sudah tentu, tetap dibawah pengawasan dan petunjuk darinya.Sebagai ahli ramuan jamu tradisional, Prof. Hembing memang tak punya waktu banyak. Selain membuka praktek akupunkur di kediamannya, Jl. KS. Tubun, Jakarta Pusat, beliau juga aktif menjadi pembicara di berbagai acara atau seminar.

Karena itu, ia mengakui, harus berusaha keras meluangkan waktunya untuk bisa menengok koleksi-koleksinya. “Selama ini kami merasa senang, setelah dalam waktu yang lama mencari referensi dari pakar sejarah dan bentuk-bentuk kapal-kapal yang digunakan Laksamana Cheng Ho dalam pelayaran besarnya,” tegas Prof. Hembing tentang perasaannya berhasil mengkoleksi sejumlah miniatur kapal Cheng Ho.Nah, siapa yang mau mengikuti jejak Prof. Hembing jadi kolektor miniatur kapal? **surien*

*Dimuat di Gober Tematis Edisi Kapal, terbitan Gramedia Majalah 2001
Foto : equator.com

Profil Usaha : Pembuat Miniatur Kapal

Ilham Yuliastony : Pembuat Miniatur Kapal

Keindahan disain kapal menjadi ilham Yuliastony (34 th) untuk membuka usaha pembuatan miniatur kapal. Dimulai tahun 1990, dengan hanya tiga orang karyawan, kini usahanya yang dirintis di Jawa TImur itu telah merambah ke manca negara.

Mulai dari Nol

Yuliastony tak pernah membayangkan akan menjadi pengusaha miniatur kapal. Semula, ia adalah pengerajin perhiasan dari baja putih. Namun, berkembangnya trend mode menyebabkan peminat hasil kerajinannya makin berkurang. Ia kemudian berusaha mencari peluang lain yang lebih menguntungkan.

Minatnya tetap jatuh pada kerajinan tangan. Kali ini ia tertarik membuat miniatur kapal. Nilai artistik dan tingkat kesulitan yang tinggi dari membuat miniatur kapal, justru membuat pria kelahiran Surabaya ini segera memutuskan menggeluti usaha tersebut.

“Saya memang pada dasarnya senang membuat kerajinan tangan,” jelas Yuliastony. “Dan saya lihat, pembuatan dan hasil akhir miniatur kapal sangat klasik dan indah.” Itu sebabnya, Ayah dari 3 putri ini kemudian membentuk Sanggar Seni Adhesi dan tekun memulai usaha pembuatan miniatur kapal dari nol.

“Saya mulai dari door to door. Dari kantor ke kantor, rumah ke rumah. Semua saya coba, meski cuma menawarkan dua buah kapal saja,” kenang Yuliastony bangga.

Ia juga tidak lupa meminta saran dan kritik para pembeli, sebagai masukan penyempurnaan pembuatan miniatur kapal berikutnya. Inilah yang membuat hasil kerajinannya makin digemari dan berkembang.

Rumit tapi Menantang

Setiap sudut dan bagian miniatur kapal, menurut Yuliastony, merupakan sebuah karya yang rumit dibanding kerajinan tangan lainnya. Butuh kesabaran dan ketekunan untuk membuatnya. Apalagi kalau pesanan datang dari crew kapal.

“Kami harus betul-betul mengetahui detil bentuk setiap sudutnya. Kalau meleset, bisa malu, kan?” tukas Yuliastony.

Padahal, detil pembuatan miniatur kapal cukup banyak dan rumit. Tapi justru inilah tantangannya!

Ukuran miniatur kapal yang dibuat sanggar seni pimpinannya memang beragam. Yang terkecil tingginya 30 cm, dan yang paling tinggi 190 cm. Ukuran tinggi yang banyak dipesan adalah ukuran 60 cm.

Harganya masing-masing berkisar antara Rp 60 ribu hingga Rp 2,5 juta. Untuk ukuran yang lebih besar lagi, yaitu sekitar 3 meter, harganya bisa mencapai Rp 14 juta.

Untuk membuat sebuah miniatur kapal berukuran 60 cm, dibutuhkan waktu sekitar 3 hari. Sedangkan untuk kapal yang setinggi 190 cm dan cukup rumit, perlu waktu hingga 2 minggu.Bahan yang digunakan antara lain, paduan Kayu Jati dan Kayu Mahoni, mote-mote untuk hiasan, dan benang nylon untuk tali layarnya.

Selain itu, Sanggar Adhesi juga membuat miniatur kapal dalam botol. Banyak yang mengira, tingkat kesulitan membuatnya jauh lebih rumit dibanding miniatur kapal biasa. Padahal, justru sebaliknya.

“Untuk membuat satu buah kapal dalam botol, cuma dibutuhkan waktu sekitar 3 jam saja,” papar Yuliastony bangga.

Caranya, bagian-bagian miniatur kapal dirangkai dulu, baru dimasukkan satu persatu ke dalam botol dengan menggunakan sumpit. Prosesnya relatif lebih mudah, karena bagan-bagan kapalnya sederhana dan tidak terlalu detil.

Mampu Mengeskpor

Dengan jumlah karyawan yang kini mencapai 30 orang, miniatur–miniatur kapal hasil kerajinan sanggar Adhesi merajai Pulau Bali, Kota Yogyakarta dan Jakarta. Bahkan sejak tahun 1996, sanggar Adhesi mampu mengekspor hasil kerajinannya ke Australia, Jepang, Korea, Amerika dan Israel. Selain itu Sanggar Adhesi hampir tak pernah absen mengikuti pameran-pameran kerajinan bertaraf internasional. Misalnya saja, Pameran Produk Ekspor dan INACRAFT.

Jika pada awalnya Yuliastony hanya mampu membuat dua jenis miniatur kapal, yaitu Pinisi dan Dewaruci, kini model yang mampu dibuat bisa mencapai 15 model. Sebagian besar adalah jenis-jenis kapal daerah.Sayangnya, peminat yang mau membeli miniatur kapal daerah justru tidak banyak. Sebab, sebagian besar konsumen karya Sanggar Adhesi masih berasal dari orang asing, institusi, dan pedagang yang ingin menjual miniatur kapal dengan harga lebih tinggi. Akibatnya, pesanan jenis miniatur kapal yang laris dipesan justru jenis-jenis kapal asing. Misalnya saja jenis Endeavour, Crew-Center, dan San Juan. Disain jenis kapal tersebut dianggap lebih menarik dan dekoratif.

Setelah sepuluh tahun bergelut membuat miniatur kapal, Yuliastony merasa optimis dengan usahanya. Di situasi politik dan ekonomi Indonesia seperti sekarang, pria yang menikahi Siti Rubiah ini merasa bersyukur usahanya tak terkena imbas buruk.Ia hanya berharap, berbagai jenis miniatur kapal bisa dikenal lebih banyak oleh masyarakat Indonesia. Untuk itu, ia berusaha tetap mengembangkan usahanya. Antara lain, dengan merintis pembuatan miniatur kapal dari bahan fiberglass. **Surien

**Dimuat do Gober Tematis edisi Kapal, tebritan Gramedia Majalah 2001

Penemuan Seputar Kesehatan


Lensa Kontak

Contact lense atau lensa kontak awalnya ditemukan dan dibuat oleh ahli fisiologi Jerman bernama Adolf Eugen Fick tahun 1887. Untuk mengujinya, Adolf mencobanya pada mata binatang, baru kemudian pada manusia. Bahan lensa kontak saat itu terbuat dari kaca coklat yang berat dan berdiameter 18-21 mm.

Tahun 1889, August Muller menyempurnakan kontak lensa tersebut dengan perbaikan pada pandangan jarak dekat. Kontak lensa plastik sendiri baru dibuat tahun 1948 oleh Kevin Tuohy dari California. Sedangkan kontak lensa yang lebih lembut dan bisa membiarkan oksigen masuk ke dalam kornea ditemukan tahun 1970-an.

Plester pembalut luka

Tahun 1921, Earle Dickson menemukan plester pembalut luka. Dia terinspirasi Josephine Dickson, istrinya yang sering terluka jarinya saat memasak. Dickson yang bekerja untuk perusahaan Johnson & Johnson ini lalu memutuskan untuk menciptakan sesuatu yang bisa melekat dan melindungi luka kecil dengan lebih baik. Dia lalu mengambil perban dan meletakkannya di tengah pita perekat, kemudian menutupnya dengam crinoline agar tetap steril.

James Johnson, atasan Dickson melihat temuan itu. Jhonson lalu memutuskan untuk memproduksi plester pembalut luka itu untuk dijual ke masyarakat. **suriendimuat di Gober Tematis edisi EUREKA, terbitan Gramedia Majalah 2002
foto : Lensandframes.com

Penemuan Alat-alat Tulis


Kalkulator

Si mesin hitung alis kalkulator ternyata dulu ditemukan oleh remaja Perancis berusia sembilas belas tahun bernama Blaise Pascal pada tahun 1642. Blaise kerap membantu ayahnya yang bekerja sebagai pelayan toko dan sepanjang hari harus berkutat dengan berbagai perhitungan matematika.

Untuk meringankan pekerjaa ayahnya itu, Blaise lalu membuat mesin hitung sederhana yang terbuat dari kotak kayu dengan enam digit angka. Dengan menekan angka-angkanya, kotak tersebut bisa melakukan penjumlahan dan pengurangan dengan sangat cepat.

Kertas

Ts'ai-Lun, yang masih keturunan bansawan asal Lei-yang, China, menemukan kertas kira-kira pada tahun 105 Masehi.Ia membuat kertas dari kulit kayu murbei yang dihancurkan dan direndam bersama rami, kain bekas, dan jalan ikan. Setelah menjadi seperti bubur, bagan-bahan tadi di pres lalu dikeringkan.

Temuan kertas sebagai media menulis ini segera terkenal sampai negara-negara tetangga sebagai media menulis. Sudah tentu, cara pembuatan terus diperbaiki untuk mendapatkan kertas sebaik saat ini.

Mesin Tik Mesin Berisik

Ide diciptakannya mesin tik sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1714, oleh Henry Mill di England. Tapi sayangnya, penemuan itu tak bisa bertahan.Tahun 1829, William Burt asal Detroit mencoba membuat konsep mesin tik dengan penataan karakter huruf yang disusun berputar.Tapi penemuan Burt ini juga tidak bisa bertahan lama karena proses mengetik jadi jauh lebih lama ketimbang menulis dengan tangan.

Barulah pada tahun 1867, Christopher Latham Soles asal Milwaukee, berhasil membuat mesin tik pertama yang benar-benar bisa digunakan secara praktis dan bermanfaat.Nah, berdasarkan penemuan mesin tik Christopher ini, pada tahun 1872 Thomas Alva Edison mencoba mengembangkannya menjadi mesin tik elektrik. Suaranya pun tidak berisik seperti mesin tik zaman dulu. Tik…Tak…Tik..Tuk…

Penghapus tulisan (Tipp-ex)

Gara-gara sering bikin kesalahan sewaku mengentik, Bette Nesmith Graham menjadi pencipta cairan pengoreksi tulisan. Tahun 1951, ia bekerja sebagai seketaris lepas di Texas Bank & Trust. Karena memang tidak pandai mengetik, Bette kerap membuat kesalahan. Dia lalu mencari akal agar ia tidak terus-terusan mengetik ulang.

Tiba-tiba dia teringat cara kerja para pelukis yang bisa mengoreksi kesalahan yang dibuat dengan memolesnya lagi dengan warna lain.Bette lalu mencampur sejumlah cairan dasar cat di botol kuteks-nya, yang digunakan lalu Bette untuk menghapus kesalahan yang dibuat saat mengetik dan menulis. Bette menyebutnya “Mistake out”.

Temuannya sekarang menjadi begitu popular dan dia menjadi kaya raya dari hasil penjualan hak patent dan royalty temuannya itu.

Krayon

Krayon merek Cryaola adalah krayon anak-anak pertama yang ditemukan oleh Edwin Binney dan sepupunya C. Harold Smith pada tahun 1903. Semula Edwin dan Harold bekerjasama dalam usaha semir sepatu dan tinta cetak. Mereka kemudian mulai mengadakan penelitian untuk membuat alat menggambar untuk anak-anak yang tidak mengandung racun. Akhirnya mereka berhasil, meski warna krayon yang dibuat saat itu sebatas warna hitam, coklat, biru, merah, ungu, oranye, kuning, dan hijau.

Merek Crayola sendiri dipilih oleh Alice Stead Binney (istri Edwin), yang berasal dari gabungan bahasa Perancis craie (chalk—kapur tulis) dan oleaginous (oily-berminyak).


Pensil

Sejak ditemukannya batu grafit di Cumberland, Inggris, orang menggunakannya untuk menulis atau menggambar. Saat itu orang menggunakan batu grafit dengan melilitkan tali di sekelilingnya. Nah, pada pertengahan abad XIV, Konrad von Gesner, keturunan Swiss-Jerman mencoba membalut grafit dengan kayu untuk menggambar, tapi gagal karena batu grafit mudah patah.

Barulah 2 abad kemudian, Nicholas Jacques Conte asal Prancis menemukan cikal bakal pensil. Ia mencampurkan grafit dengan tanah liat, lalu dipadatkan hingga berbentuk seperti lidi kemudian dibakar. Setelah itu, grafit yang telah diolah tadi dimasukkan ke dalam tabung kayu.
**surien

Dimuat di GOBER TEMATIS, edisi EUREKA, terbitan Disney-Gramedia
Foto : Bbc.co.uk

Penemuan Seputar Makanan


Pembuka botol/kaleng

Tahun 1813, Peter Durand seorang anggota angkatan laut Inggris berhasil menemukan cara mengemas makanan kaleng. Sayangnya, ia lupa memikirkan cara membuka makanan kaleng tersebut. Untuk membukanya, terpaksa menggunakan palu dan pahatan, bahkan juga dengan...kampak.

Pembuka makanan kaleng berhasil ditemukan Ezra Warber dari Connecticut pada tahun 1858, hampir lima puluh tahun setelah makanan kaleng ditemukan. Tapi bentuknya masih agak aneh, mirip senjata bayonet bengkok. Temuan tersebut lalu disempurnakan William Lyman asal Amerika pada 1870.

Sedangkan pembuka kaleng eletrik mulai dikenalkan pada tahun 1931, yang ditemukan oleh Ermal Fraze dari Ohio.

Teh celup

Teh celup ditemukan sekitar tahun 1908 secara tidak sengaja oleh Thomas Sullivan, pedagang teh dan kopi di New York. Awalnya dia mengemas contoh teh yang akan dijual dalam wadah mungil berbahan sutera. Tapi ternyata para pelanggannya malah memasak teh dan wadahnya itu dengan air mendidih. Cara ini sebenarnya termasuk cara memasak tradisonal, agar bubuk/daun teh tidak bertebaran dalam teko.

Karena dianggap praktis, teh kantong atau teh celup ini makin digemari. Kemasan teh kemudian dibuat dari kertas tipis yang tidak mudah rusak kalau harus direndam dalam air mendidih.

Coca-cola

Pada 8 Mei 1886, Dr.John Stith Pemberton, seorang ahli farmasi berkebangsaan Amerika mencampurkan beberapa jenis sirup, obat elixir, French Wine of Coca, Bordeaux, kokain dan kafein (yang berasal dari biji kola).

Ramuan itulah minuman soda pertama.Saat Atlanta melarang mengkonsumsi alkohol tahun 1885, Pemberton terpaksa mengganti French Wine of Coca menjadi anggur Prancis biasa. Dia lalu menambahkan gula murni, asam sitrat, dan minyak esensial aneka buah ke dalam minumannya. Pemberton menyebutnya Coca-cola.

Nama itu dipakai karena bahan utamanya adalah kokain dan biji cola. Tapi sejak pemakaian kokain dilarang, kokain tidak lagi digunakan dalam campuran coca-cola.


Cotton Candy (permen kapas)

atau yang kita kenal dengan sebutan arum manis, dibuat dari gula yang dipanaskan dan diputar menjadi seperti benang-benang tipis, mirip seperti gulungan kapas. Penemunya adalah Willian Morrsion dan John C.Wharton pada 1897, pembuat permen asal Nashville.

Mereka berdua menemukan alat pemanas gula dengan mangkok yang diputar, yang ada lubang dibagian tengahnya. Saat mangkok tersebut diputar, gula yang menjadi karamel akan menyebar ke lubang yang tipis, membentuk permen seperti kapas yang akan meleleh di mulut. Mereka menyebutnya "fairy Floss."
Di Inggris, jenis panganan ini dikenal dengan "candy floss."

Garpu

Garpu pada Zaman Yunani dulu ukurannya sangat besar dengan dua cabang. Garpu ini digunakan untuk menyiapkan hidangan daging. Barulah pada abad ke-7 Masehi, para bangsawan di Timur Tengah mulai menggunakan garpu sebagai perkakas makan di meja.
Penggunaan garpu ini lalu kemudian dikenal juga di Itali, Prancis, Inggris, dan kemudian menyusul di negara-negara lain Ukuran garpu kemudian juga dibuat lebih kecil, dengan cabang yang lebih banyak.

Keripik

Kentang Keripik kentang ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1853 oleh George Crum. Dia adalah seorang juru masak di sebuah tempat peristirahatan di Lake lodge, Saratoga Spring, New York.

Saat itu french fries atau kentang goreng sangat popular di restoran tersebut. Suatu hari, salah satu pengunjung yang sedang menikmati makan malam mengeluh French fries pesanannya terlalu tebal. Meskipum Crum sudah membuat yang lebih tipis lagi, si tamu masih belum puas juga.

Dengan sedikit kesal Crum lalu membuat kentang goreng yang terlalu tipis untuk disantap dengan garpu. Tak disangka, si tamu tadi malah sangat senang dengan kentang goreng tipis buatannya. Jadilah si keripik kentang itu popular di mana-mana hingga kini.

Makanan Bayi

Pada 1867, Henry Nestle, seorang ahli ahli kimia yang lahir di Frankfurt ini berhasil menciptakan produk nutrisi instant yang bisa digunakan oleh para ibu yang tak bisa menyusui anaknya.

Dia mencampur susu Swiss yang berkhasiat tinggi dengan sereal yang dimasak secara khusus. Ketika makanan ciptaannya itu diberikan pada seorang bayi laki-laki yang lahir prematur, ternyata bayi itu bisa bertahan hidup.

Reputasi makanan temuan Henry segera meroket. Henry melalui usahannya yang diberi nama Nestle itu kini memproduksi aneka makanan, dari susu, sereal, hingga bubur bayi.))surien

Dimuat di GOBER TEMATIS edisi EUREKA, terbitan Disney-Gramedia[/i]
Foto : mercola.com

Sikie : Bikin Wajah Seperti Operasi Plastik

Salah satu make-up artis yang saat ini sedang naik daun adalah Dwi Purnomo Sikie. Konon, Sikie mampu membuat wajah para selebrities yang ditanganinya jadi lebih tirus dan tentunya lebih cantik.

Bukan Perjalanan Mulus

Kini nama Sikie sebagai make-up artis memang cukup dikenal. Namun perjalanan karir lajang kelahiran Jember 24 Februari 1968 ini tak selalu mulus.

Ketertarikannya pada tata rias wajah bermula saat masih SMP di Jember, Sikie diajak menemani tantenya ke salon. Dia berpikir betapa enaknya kerja di salon, banyak orang yang datang dan sepertinya uang mudah mengalir. Sikie juga kagum melihat kecakapan orang salon yang bisa mengubah penampilan orang jadi lebih cantik. Dia pun lalu tertarik untuk mencoba.

Setelah pindah ke Surabaya, Sikie ingin bereksperimen mengeriting rambut salah satu tantenya. Rambut yang harusnya hanya digulung sebentar, sengaja Sikie biarkan hingga empat jam. Dia berpikir, makin lama pastilah keritingnya makin bagus dan akan tahan lama. Ternyata hasilnya… hancur lebur. Rambut tantenya justru tidak karuan. Sikie kena omel habis-habisan.

Namun kejadian itu justru memacu Sikie untuk lebih maju dan belajar. “Kalau orang lain bisa, kok saya nggak bisa?” begitu prinsip Sikie.Dia lalu minta izin orang tuanya untuk ikut kursus kecantikan. Semula keinginanan itu ditentang oleh orang tuanya. Apalagi kondisi perekonomian keluarganya saat itu pun kurang mendukung.Sikie pantang menyerah.

Dia mendaftarkan diri di Sekolah Pusat Pendidikan Kecantikan Citra Henny di Surabaya untuk belajar penataan rambut selama 8 bulan. Untuk bisa membayar uang kursus, pulang sekolah Sikie terpaksa bekerja sebagai sales barang elektronik. Barulah sorenya dia mengikuti kursus. Bahkan Sikie harus kerja serabutan di tempat kursusnya agar bisa mendapat upah tambahan untuk membayar sisa biaya kursus. Oleh Ibu Henny sang pemilik kursus, Sikie juga diajarkan tentang tata rias wajah.

Hubungannya yang baik dengan Ibu Henny itulah yang membuatnya hijrah ke Jakarta selulus SMA. Di Jakarta Sikie bekerja di salon sambil mengikuti kursus selama 3 bulan untuk mendalami tatatan rambut dan make-up wajah. “Nggak bisa lama-lama, wong duit e wae gak ono (duitnya aja nggak ada—Red),” ujar Sikie dengan logatnya yang kadang masih medok Jawa Timur-an.

Mulai jadi make-up artist

Berbekal kemampuan yang ada, pada 1990 dia mengikuti lomba tata rias rambut tingkat nasional, dan berhasil meraih juara pertama kategori Evening Style sebagai utusan dari DKI Jakarta. Sikie pun mulai mencoba jadi make-up artist dengan merias sejumlah artis yang sedang merintis karir seperti, Shanaz Haq, Krisdayanti, Cut Keke, Amara, dan Sarah Azhari.

Sikie lalu bekerja di salon House of Beauty. Di salon langganan para ibu pejabat inilah dia bekenalan dengan Ibu Ali Alatas yang merekomendasikannya pada Ibu Lili Sobari. Ibu Lili lalu mengajaknya bekerja di Australia selama beberapa tahun. Di sana Sikie mendalami make-up di Allan Studio College, dan di Saint Monica yang ada di Melbourne dan Sydney. Saat kembali ke Indonesia tahun 1998, Sikie tekun menawarkan jasanya ke berbagai media cetak dan production house.

Setelah bekerja di Make-up Forever, namanya mulai dikenal banyak orang. Dia pun mulai berkosntrasi pada make-up artist. Saat ini Sikie banyak menangani tata rias sejumlah selebrities top Indonesia, antara lain Alya Rohali, Yuni Shara, dan Nafa Urbach. Siapa sangka, pemuda Jember yang dulu gajinya di salon per bulan cuma Rp 15.000, kini telah mapan dengan profesi yang diimpikannya.**SurienDmuat di forGIRLS, terbitan Disney _Gramedia

Sikie : Bikin Wajah Seperti Operasi Plastik

Salah satu make-up artis yang saat ini sedang naik daun adalah Dwi Purnomo Sikie. Konon, Sikie mampu membuat wajah para selebrities yang ditanganinya jadi lebih tirus dan tentunya lebih cantik.

Bukan Perjalanan Mulus

Kini nama Sikie sebagai make-up artis memang cukup dikenal. Namun perjalanan karir lajang kelahiran Jember 24 Februari 1968 ini tak selalu mulus.

Ketertarikannya pada tata rias wajah bermula saat masih SMP di Jember, Sikie diajak menemani tantenya ke salon. Dia berpikir betapa enaknya kerja di salon, banyak orang yang datang dan sepertinya uang mudah mengalir. Sikie juga kagum melihat kecakapan orang salon yang bisa mengubah penampilan orang jadi lebih cantik. Dia pun lalu tertarik untuk mencoba.

Setelah pindah ke Surabaya, Sikie ingin bereksperimen mengeriting rambut salah satu tantenya. Rambut yang harusnya hanya digulung sebentar, sengaja Sikie biarkan hingga empat jam. Dia berpikir, makin lama pastilah keritingnya makin bagus dan akan tahan lama. Ternyata hasilnya… hancur lebur. Rambut tantenya justru tidak karuan. Sikie kena omel habis-habisan.

Namun kejadian itu justru memacu Sikie untuk lebih maju dan belajar. “Kalau orang lain bisa, kok saya nggak bisa?” begitu prinsip Sikie.Dia lalu minta izin orang tuanya untuk ikut kursus kecantikan. Semula keinginanan itu ditentang oleh orang tuanya. Apalagi kondisi perekonomian keluarganya saat itu pun kurang mendukung.Sikie pantang menyerah.

Dia mendaftarkan diri di Sekolah Pusat Pendidikan Kecantikan Citra Henny di Surabaya untuk belajar penataan rambut selama 8 bulan. Untuk bisa membayar uang kursus, pulang sekolah Sikie terpaksa bekerja sebagai sales barang elektronik. Barulah sorenya dia mengikuti kursus. Bahkan Sikie harus kerja serabutan di tempat kursusnya agar bisa mendapat upah tambahan untuk membayar sisa biaya kursus. Oleh Ibu Henny sang pemilik kursus, Sikie juga diajarkan tentang tata rias wajah.

Hubungannya yang baik dengan Ibu Henny itulah yang membuatnya hijrah ke Jakarta selulus SMA. Di Jakarta Sikie bekerja di salon sambil mengikuti kursus selama 3 bulan untuk mendalami tatatan rambut dan make-up wajah. “Nggak bisa lama-lama, wong duit e wae gak ono (duitnya aja nggak ada—Red),” ujar Sikie dengan logatnya yang kadang masih medok Jawa Timur-an.

Mulai jadi make-up artist

Berbekal kemampuan yang ada, pada 1990 dia mengikuti lomba tata rias rambut tingkat nasional, dan berhasil meraih juara pertama kategori Evening Style sebagai utusan dari DKI Jakarta. Sikie pun mulai mencoba jadi make-up artist dengan merias sejumlah artis yang sedang merintis karir seperti, Shanaz Haq, Krisdayanti, Cut Keke, Amara, dan Sarah Azhari.

Sikie lalu bekerja di salon House of Beauty. Di salon langganan para ibu pejabat inilah dia bekenalan dengan Ibu Ali Alatas yang merekomendasikannya pada Ibu Lili Sobari. Ibu Lili lalu mengajaknya bekerja di Australia selama beberapa tahun. Di sana Sikie mendalami make-up di Allan Studio College, dan di Saint Monica yang ada di Melbourne dan Sydney. Saat kembali ke Indonesia tahun 1998, Sikie tekun menawarkan jasanya ke berbagai media cetak dan production house.

Setelah bekerja di Make-up Forever, namanya mulai dikenal banyak orang. Dia pun mulai berkosntrasi pada make-up artist. Saat ini Sikie banyak menangani tata rias sejumlah selebrities top Indonesia, antara lain Alya Rohali, Yuni Shara, dan Nafa Urbach. Siapa sangka, pemuda Jember yang dulu gajinya di salon per bulan cuma Rp 15.000, kini telah mapan dengan profesi yang diimpikannya.**SurienDmuat di forGIRLS, terbitan Disney _Gramedia

Warna warni Kepribadian Kita


Terperangkap dalam lukisan seperti W.I.T.C.H. memang nggak enak! Tapi lukisan itu sendiri merupakan karya seni yang indah, lho! Bayangkan, berbagai bentuk dan warna ada di dalamnya. Dan ternyata, berbagai warna itu ada maknanya juga, lho!

Makna warna mulai ditemukan ketika bangsa Asia dan Babylonia membangun piramida berbentuk segi empat sebagai tempat menghormati dewa-dewa mereka. Untuk sampai ke puncak piramida, mereka harus melalui tangga.

Yang menarik, tiap anak tangga punya warna yang berbeda. Masing-masing warna itu melambangkan suasana hati orang saat membangun piramida. Nah, konon, suasana hati orang-orang yang membangun poramida-piramida itu akhirnya menjadi awal penelitian tentang psikologi warna.

MERAH

* Lambang keberanian, semangat, dan rasa optimis. Tapi juga kerap dipakai sebagai lambang kemarahan. Makanya, hindari menulis dengan tinta warna merah, nanti kamu disangka sedang marah, lho!

* Orang yang ingin maju, gampang jatuh cinta, periang, senang berkecimpung dalam masalah-masalah sosial, dan melindungi orang lemah.


BIRU

* Lambang rasa idealis, rasional, dan jujur. Selain itu, warna biru juga jadi simbol perdamaian.

* Selalu berusaha menyenangkan orang, pintar menyembunyikan perasaan, dan bisa jadi teman yang setia.

HIJAU

* Lambang kesuburan dan kesegaran. Konon warna ini bisa mengurangi rasa stress kita, lho. Itu sebabnya, jika mata kita letih, setelah melihat pepohonan atau tumbuhan hijau mata kita bisa terasa lebih segar.

* Romantis, menyukai alam, dan keindahan, serta tegas dalam memegang prinsip.

KUNING

* Merefleksikan hubungan yang komunikatif dan kecerdasan. Sebagian orang percaya warna ini membawa kehangatan. Bagi orang Mesir, warna kuning adalah simbol matahari. Selain itu, kuning juga sering dipakai sebagai lambang pendidikan.

* Periang, percaya diri, senang bergaul, dan tidak suka meremehkan kemampuan siapa pun.

ORANYE

* Lambang kesetiaan, ambisi, dan kreativitas. Konon warna ini dulu sering dipakai sebagai terapi agar kita merasa lebih riang dan bugar.

* Dinamis, bertanggung jawab, dan selalu punya tujuan untuk dicapai.

HITAM

* Lambang kesedihan atau kematian. Selain itu hitam juga lambang sesuatu yang formal dan konvensional. Buktinya, pakaian resmi wisuda di hampir seluruh dunia adalah hitam. Di Mesir, selain menjadi lambang kematian, hitam juga jadi lambang magis.

* Keras memegang prinsip, suka tantangan dan tekun. Selain itu, dia juga nggak suka menarik perhatian orang.


PUTIH

* Lambang kesucian, kejujuran, ketulusan, dan kritis.

* Biasanya sering dikagumi orang karena kepribadiannya yang anggun, nggak sombong dan suka menolong.

MERAH MUDA

* Lambang kasih sayang, kebahagiaan, dan kelembutan.

* Selalu ingin melakukan yang terbaik dalam segala hal, ringan tangan, dan perhatian pada lingkungan sekitarnya

UNGU

* Simbol kekayaan, kekuatan dan rasa sensitif. Warna ini juga kadang dipakai sebagai lambang hukum.

* Cerdas dan nggak pernah ragu dalam menghadapi masa depan. Nggak pernah ketinggalan zaman.

ABU-ABU

* Lambang pengucilan diri dan kesunyian. Warna ini memperlihatkan proses penuaan. Makanya, orang yang memakai pakaian warna abu-abu akan cenderung terlihat lebih dewasa dari usianya.

* Tahu kapan waktu yang tepat untuk bicara. Selain itu, dia juga punya rasa humor yang bagus, lho.Nah, apa warna favoritmu? *surien

Dimuat Di Komik WITCH, terbitan Disney-Gramedia
Foto : www.acsgarden.com

Mitos Hewan di Berbagai Negara


Hewan ternyata punya berbagai mitos di berbagai tempat. Mitos-mitos tersebut dipandang sebagian orang bisa membawa pertanda baik dan buruk.

BURUNG HANTU

Di Itali, burung hantu yang bersuara di malam hari bisa jadi keberuntungan bagi pelajar. Wah, berbeda banget, ya, dengan mitos di beberapa daerah yang percaya burung hantu bisanya jadi pertanda buruk.

LABA-LABA
Orang Prancis percaya, jika bertemu laba-laba di pagi hari, itu tanda akan ada dukacita dan keprihatinan. Sebaliknya, jika melihatnya pada malam hari akan membawa kebahagiaan. Sedangkan kalau melihatnya di siang hari, itu tandanya mereka bakal dapat hadiah.


KUMBANG

Jangan ganggu kumbang berbintik, karena orang Italia percaya, kumbang yang dibiarkan terbang tanpa diusik bisa membawa kebahagiaan. Jika kumbang tersebut hinggap di tangan, artinya nggak lama lagi akan menerima uang. Sedangkan orang Hongaria percaya, kalau ada kumbang yang masuk ke rumah lewat jendela, artinya bakal ada teman dekat yang
berkunjung.


AYAM JANTAN

Orang Persia percaya, ayam jantan yang berkokok pada pukul sembilan atau dua belas malam, akan membawa kemakmuran bagi pemiliknya dan yang mendengarnya.


LANDAK

Eh, jangan takut kalau saat berkemah di hutan, tiba-tiba melihat landak melintas di depan kita. Menurut kepercayaan orang Kanada, itu pertanda permasalahan sulit kita bisa diselesaikan dengan tak terduga.


BURUNG BANGAU
Orang Yunani, Belanda dan Jerman, menganggap bila ada burung Bangau membangun sarang di rumah mereka, maka si pemilik rumah akan mendapatkan kesejahteraan. Misalnya, tanda akan hadirnya seorang anak.


HARIMAU

Jangan sembarangan menyebut atau memanggil harimau di hutan. Soalnya, orang Malaysia percaya itu bisa membuat harimau muncul. Hiiiiii!
Wah, banyak juga, ya, mitos tentang hewan? Namanya juga mitos, maka kebenarannya sama sekali belum terbukti. Jadi kita nggak perlu terlalu percaya tentang kebenarannya. Yang penting, percaya sama diri sendiri. **** surien


Terjemahan, dimuat di W.I.T.C.H # 14 terbitan Gramedia Majalah, th 2003
Foto : fohn. net

Liputan Pensi : Pentas Seni, Tiket Jadi Profesional



Pentas seni yang dulu biasanya diadakan di sekolah kadang dianggap cuma acara lokal ecek-ecek. Padahal, pentas seni tersebut terbukti bisa jadi bekal ajang latihan kemampuan dan mental bagi sejumlah musikus yang kini sudah punya nama. Misalnya saja grup band Jikustik dan Sheila on 7. Nah, forFIRLS sengaja datang ke kota tempat tinggal mereka, Yogyakarta, untuk mendengar langsung pengalaman mereka dulu saat tampil di pensi.

Bukan Lagi Acara Lokal

Pentas seni (Pensi) kini tak lagi jadi acara lokal yang minus sponsor dan cuma menampilkan band ala kadarnya untuk menandai acara tutup tahun atau ultah sekolah. Di beberapa tahun terakhir, pensi mendadak berubah jadi pertunjukan komersil yang ramai dibanjiri penonton.

Bagaimana nggak… Dengan penggarapan acara yang jauh lebih serius, sejumlah pensi sekolah berhasil menggaet sponsor besar dan menampilkan bintang tamu grup musik kondang. Sebut saja Pensi yang diadakan SMU 5 dan SMU 2 Bandung, serta beberapa SMU di Jakarta, seperti SMU 82, SMU Lab School, SMU Tarakanita, dan SMU Pangudi Luhur.

Pensi yang diadakan sejumlah sekolah tersebut dalam beberapa tahun terakhir bisa dibilang sukses besar. Baik berupa festival band maupun pentas musik.Padahal dulu, pensi yang diadakan sekolah-sekolah sifatnya cuma untuk kalangan dalam saja, alias murid setempat. Bahkan kadang pensi terpaksaa diadakan untuk memenuhi agenda acara sekolah. Akhir-akhir ini pensi tak lagi hanya digelar di aula atau halaman sekolah, melainkan di stadion besar.

Pensi Kini Makin Oke

Kesuksesan penyelenggaraan pensi anak sekolah sekarang antara lain diakui Duta, vokalis Sheila on 7. “Jauh lebih istimewa sekarang. Dananya jauh lebih lebih berani. Kalau dulu kan banyak batasannya. Nggak boleh pakai sponsor ini itu, sekarang kayaknya sudah lebih bebas. Jadi kesempatan untuk mengundang band-band besar pun ada,” ujar Duta.

Hal senada juga dikatakan Adit, pemain keyboard Jikustik. Menurutnya, pensi saat ini memang jauh lebih baik daripada dulu. Selain konsepnya lebih matang, pensi juga bisa sukses mengundang bintang tamu kawakan. Kesempatan mengundang bintang tamu dan band dari sekolah lain itu bisa jadi peluang bagus bagi grup band sekolah untuk maju selangkah. Selain bisa terpicu agar tampil lebih baik, mereka juga bisa melihat cara kerja band yang sudah profesional tampil secara live. Sehingga mereka pun bisa belajar mengatasi masalah-masalah teknis saat tampil di panggung.

Misalnya saja bagaimana cara mengatur sounds system, menyetem gitar, dan sebagainya.Sayangnya, yang sering dijumpai Jikustik saat tampil di pensi sekolah hingga saat ini adalah kurangnya koordinasi antar panitia pensi yang biasanya adalah anak sekolah juga.

“Pentas seninya sendiri nggak masalah. Yang jadi masalah adalah persiapan sebelum acara, masalah sound, fasilitas yang diberikan pada kita, dan pembagian waktu manggung bagi masing-masing pengisi acara yang kurang jelas,” ujar Adit menyayangkan.

Sedangkan Anton Widiastanto alias Anton yang dikenal sebagai drummer Sheila on 7, punya pendapat lain.“Pensi sekarang menurutku, ya, cukup nggak cukup. Aku maunya pensi itu, taruhlah festival band, nggak dari satu sekolah aja. Aku pengennya ada persatuan untuk anak sekolah,” angan Anton.

Dari persatuan anak sekolah itu, dia berharap event yang dibuat bisa menjadi acara yang menyatukan berbagai siswa antar sekolah. Sayangnya di Yogyakarta, kota tempat para personil Jikustik dan Sheila on 7 mulai bertemu, pensi hingga kini masih diadakan begitu-begitu saja. Minus sponsor, bintang tamu masih bersifat lokal, dan yang parah… diadakan khusus bagi murid sekolah yang mengadakan pensi. Ini jelas bisa bikin para peminat pensi jadi hilang semangatnya untuk bergabung. Kalau pengisi acaranya saja semangat empat jutanya hilang, apalagi penontonnya…

Coba saja lihat pengalaman Anton. Dia mengawali jam terbangnya juga melalui pensi sekolah. Uniknya, ia justru lebih dulu manggung di pensi sekolah-sekolah lain dan di kampus-kampus ketimbang di pensi sekolahnya (SMU-- Red). Ini gara-gara kelompok musiknya yang merupakan gabungan dari berbagai SMU sempat ditolak manggung oleh panitia pensi dan OSIS sekolahnya. Alasannya, salah satu personil grup band-nya adalah murid SMU yang kerap berantem dengan SMU-nya.

“Aku jadi marah. Padahal kami cuma pengen main musik. Nggak ada hubungannya dengan soal berantem,” kenang Anton yang masih kesal kalau mengingat pengalaman itu.

Anton yang saat itu duduk di kelas 1 SMU jadi ogah main di pensi sekolahnya itu. Barulah ketika pensi sekolahnya mau menerima penampilan dari murid SMU lain, Anton mau tampil. Itu pun waktu dia sudah kelas tiga.

Rajin Tampil di Pensi

Lepas dari besar atau tidaknya pensi yang diadakan di sekolah-sekolah, pensi ternyata punya peran besar dalam melahirkan musisi-musisi kondang. Jikustik dan Sheila on 7 adalah salah satu grup band yang lahir dari pensi-pensi lokal daerah.

Carolus Liberianto J atau Carlo si penabuh drum Jikustik, adalah salah satu orang yang belajar banyak dari pensi. Semula dia hanya menguasai gitar, itu pun cuma dikuasai secara sederhana. Tapi gara-gara melihat tetangganya di Purwokerto berlatih musik, dia pun berkeinginan untuk bisa menguasai alat musik secara serius.

Dari pengalaman belajar otodidaknya itu, alumunus SMU Bruderan Purwokerto ini bergabung dengan grup band di sekolah dan di wilayah tempat tinggalnya. Dia manggung dari pensi satu ke pensi lain, termasuk manggung di acara tujuh belasan di Purwokerto dan Yogyakarta, serta ikut berbagai festival.

Pengalamannya itulah yang mengantarnya berkenalan dengan musisi senior dan membawanya bergabung dengan Jikustik.Setelah hijrah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Jikustik, Carlo dan grup bandnya memilih untuk lebih mengasah kemampuan lewat berbagai pensi dan café di Yogyakarta.

Selain Carlo, personil Jikustik lainnya juga rata-rata rajin tampil di pensi saat mereka masih sekolah. Demikian juga dengan para personil Sheila on 7. Pensi Ajang Melatih Mental Rajinnya Carlo dan grup bandnya tampil di berbagai pensi dan café memang punya alasan.

“Kami kepengen ngumpulin duit buat bikin demo,” kenang Carlo.

Untuk itulah, dia dan kelompoknya berusaha kejar target dengan hampir setiap hari manggung di café-café. Sedangkan penampilannya di berbagai pensi non komersil, tetap dilakoni untuk mengasah kemampuan nge-band.

Menurut Carlo, pengalaman manggung di berbagai pensi sangat berguna untuk melatih mentalnya dalam menghadapi berbagai jenis penonton.Dengan alasan yang sama, semasa SMU Adit dan band-nya juga sangat antusias tampil di mana saja selama ada yang mau menerima aksi mereka. Mulai dari acara tujuh belasan hingga acara pensi, dari kampung-kampung sampai ke kota besa, semua rela dijalani.

“Mereka itu kan (penduduk di perkampungan atau kota kecil—red) yang butuh hiburan bener-bener. Jadi kalau kita lagunya nggak bagus, kita bisa di huuuu, dan segala macem,” kenang Adit.

Nah, tantangan supaya nggak di”huuuu” atau dapat “lemparan” gratis dari penonton mendorong Adit dan teman-temannya berusaha tampil sebaik mungkin. Tapi berhubung semangat bermain musik waktu SMU masih sangat menggebu, teriakan dan lemparan dari penonton sering nggak dipedulikan, lho.

“Waktu itu lagi seneng-senengnya main band. Dilempari penonton, ya, nggak peduli, main terus,” kenang Carlo geli.

Bagi Anton dan Adam dari Sheila on 7, pengalaman tampil di pensi saat mereka masih SMU juga bermanfaat bagi pengembangan permainan mereka.

“Misalnya, kalau main di studio saja, kami kan jadi nggak bisa perform. Jadi kalau studio buat tempat berlatih, pensi itu jadi ajang kami untuk melakukan perfomance,” jelas Adam.

Selain itu Anton menambahkan, pensi bisa jadi ajang dirinya mencoba bermain dengan grup band lainnya. Pengalaman manggung dengan berbagai grup band yang berbeda personil itu menurut Anton bisa melatih berbagai skill musiknya.

Pensi, Tiket buat Sukses?

Melihat pengalaman para personil Jikustik dan Sheila on 7 yang awalnya sering muncul di pensi, maka nggak salah kalau pensi diharapkan bisa “melahirkan” band atau musisi-musisi lain yang berkualitas. Pensi sekolah bisa jadi langkah awal untuk mengasah kemampuan bermain musik.

Kesuksesan yang dialami Sheila on 7, Jikustik, dan band-band lain, diharapkan Anton bisa jadi pemicu remaja yang lain untuk bisa berkarya lebih baik lagi. Yang penting menurutnya, adalah tetap berkarya sebagus-bagusnya, serta adanya niat, tekad, dan ketekunan. Jangan cuma didasari niat pengen beken karena sering manggung di berbagai pensi.

“Kesempatan itu bisa dicari. Niat dan tekad harus kuat dari kita sendiri. Contohnya kayak kita dulu. Duit buat demo itu dikumpulkan dari hasil kita menang festival atau lomba-lomba band. Itu pun berangkatnya dari niat kita pengen dapet atau menang,” papar Anton.

Sedangkan Adam menyarankan, nggak perlu terburu-buru untuk bisa jadi terkenal. Jika ingin bermain musik, utamakan tetap bermain dengan baik tanpa memikirkan ketenaran maupun keberhasilan rekaman. Bermain musik haruslah di dasari hati nurani dan keinginan untuk mendalami musik itu sendiri.

“Sekarang, sih, bikin demo bisa di mana-mana dan mau jadi musisi profesional pun bisa banyak jalannya. Tapi main musik yang sesuai keinginan, itu kan yang sulit,” ujar Adam.

Sama seperti Adam, Adit dan Carlo juga setuju jika sebaiknya bermain musik harus didasari panggilan hati. “Biar dilarang atau pengen berhenti, kalau panggilan hatinya main musik, pasti, ya tetap akan kembali main musik,” kata Adit.

“Main musik juga kalau sekedar main tapi nggak pakai perasaan, pasti juga nggak enak,” tambah Carlo.

Setelah kemampuan musik ada dan memungkinkan untuk membentuk band, barulah cari peluang untuk tampil di berbagai kesempatan, misalnya di pensi. Kematangan bermain musik dan tampil di berbagai acara lokal, buktinya mampu mengantar para personil Jikustik dan Sheila on 7 berkarya lebih bagus dan sukses di dapur rekaman.

Baik Adam, Anton, Duta, Adit maupun Carlo nggak pernah bermimpi bisa seperti saat ini. Karena awalnya, mereka bermain musik didasari kecintaan mereka terhadap musik. Nah, itu artinya sukses atau keberhasilan juga nggak datang dengan separuh hati kan? **surien Dimuat di for GIRLS<>
Foto : geocities.com