Tuesday, September 26, 2006

Freddy Mercury


Saat berita kematiannya dilansir pada tahun 1991, banyak orang yang terkejut. Sebab, kisah gemerlap kehidupannya harus berakhir karena penyakit AIDs yang dideritanya. Tragis memang, karena Freddie Mercury wafat saat karirnya sebagai penyanyi sedang berada di puncak.


Mengejar Pendidikan Formal

Nama aslinya adalah Farrokh Bulsara. Ia lahir pada 5 September 1946, di Stone Town, Zanzibar, Pulau Tazmania di Afrika, dari orangtuanya yang keturunan India Parsi, Bomi dan Jer Bulsara. Ia sebenarnya juga memiliki seorang saudara perempuan bernama Kashmira,namun sayang Kashmira meninggal sejak bayi.

Keluarganya dulu berimigrasi dari India ke Zanzibar agar Bomi bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai kasir kelas menengah di kantor kolonial milik Inggris di sana. Orang tua Farrokh lalu mengirimnya menuntut ilmu di sekolah swasta di India pada tahun 1955 hingga tahun 1963.

Di India, Farokh belajar di Sekolah asrama St. Peter di Panchgani, dekat Bombay (sekarang menjadi Mumbai). Di sekolahnya itulah pertama kali ia mendapat kesempatan untuk manggung dalam sebuah band bernama the Hectics, yang beramggotakanan lima orang. Sekolah itu jugalah yang memberi julukan Freddie padanya.

Saat ia berusia 18 tahun, Freddie lalu menamatkan sekolah menengah atasnya di ST. Mary di Mazagon. Pada waktu itu, keluarganya pindah ke Inggris akibat adanya revolusi pada 1964 di Zanzibar. Freddie lalu mengikuti keluarganya pindah ke Inggris. Setiba di sana, Freddie mengejar gelar diploma di jurusan seni dan design grafis pada Ealing Art College. Nah, kalau mau tahu, hasil belajarnya sebagai desain grafis itulah yang membantunya menciptakan logo grup musik-nya yang dibentuk di Inggris, Queen. Jadi, jelas bahwa Freddie tak mengesampingkan pendidikan formalnya, meski bakat dan kemampuan musiknya sudah menonjol sejak ia kecil.



Penyanyi Serba Bisa

Kemampuan bernyanyi Freddie juga jangan ditanya lagi. Vocalnya bisa mencapai empat oktaf. Dengan suaranya yang unik dan khas itu, Freddie mampu mencuri perhatian dunia. Tak heran jika sejak ia bergabung membentuk grup musik Queen dan menjadi vokalisnya, banyak lagu yang berhasil dipopulerkan Freddy dan hampir selalu mampu menduduki puncak tangga lagu dunia.

Keunggulan lagu-lagu dari Queen juga terletak dari liriknya yang unik namun mengena. Hebatnya, lagu-lagu yang dinyanyikan itu sebagian besar juga adalah ciptan Freddie sendiri. Sebut saja “Bohemian Rhapsody”, “Killer Queen”, “We are The Champions”, “Crazy Little Thing Called Love”, dan “Someboday to Love”. Bahkan, tak jarang lagu lawas menjadi hit kembali setelah mendapat sentuhan gubahan dari Freddie.

Keempat anggota Queen lainnya sebenarnya juga adalah penulis lagu. Meski begitu, Freddie-lah yang paling sering mendorong teman-temannya itu untuk makin produktif dalam menciptakan lagu. Jadi, tak ada istilah bersaing di antara sesama anggota band, seperti yang kerap terjadi pada grup band lainnya.



Grup dan Lagu yang Melegenda

Banyak lagu yang berhasil dipopulerkan oleh Queen melalui vocal Freddie yang memukau dan melegenda hingga kini. Namun, mungkin lagu yang paling mengesankan adalah bagaimana “Bohemian Rhapsody” tercipta. Saat lagu itu didengar oleh Roy Thomas Baker sang produser, Roy sudah terkejut dan kagum dengan lagu tersebut. Namun saat Queen hendak mengeluarkan lagu itu sebagai single di tahun 1975, banyak orang yang berpendapat bahwa dengan durasi sepanjang 5 menit dan 55 detik, lagu itu terlalu panjang dan tak kan pernah menjadi hit. Freddie sedikit banyak sempat merasa kecil hati. Namun, ia tak percaya mentah-mentah pendapat itu. Ia pun lalu meng-copy single tersebut untuk temannya yang seorang DJ radio di London, Kenny Everett.

Freddie mengatakan pada Kenny, bahwa lagu itu diberikan benar-benar secara pribadi dan tak boleh diputar di radio atau untuk umum. Tapi Kenny justru nekad memutar lagu itu di radionya, hingga empat belas kali dalam hari yang sama. Sejak saat itu, seluruh stasiun radio besar memutar secara utuh lagu itu dan, “Bohemian Rhapsody” pun menjadi hit dan menggemparkan di Inggris pada masa itu, serta menempati tangga nomer satu selama sembilan minggu.

Freddie pun bisa memamerkan senyum bangganya meskipun ada kekhawatiran bahwa lagu itu bakal dicekal karena liriknya, namun Freddie menegaskan bahwa lagu itu tak memiliki arti tertentu. Lirik lagu itu antara lain menggambarkan kekerasan hidup seorang yang miskin, dimana ibunya terpaksa membunuh orang. Diantara liriknya itu Freddie juga membubuhkan potongan ayat suci muslim. Tetapi buktinya, hingga kini lagu itu “aman-aman” saja dan tak bisa dipisahkan dari sosok seorang Freddie Mercury yang nyentrik. Selain rekaman bersama Queen, Freddie juga memiliki dua album solo berjudul “Mr. Bad Guy” (1985) dan “Barceloba” (1988).

Akhir Kisah Hidup yang Tragis

Saat Freddie masih hidup, ia dikenal memiliki pacar bernama Mary Austin. Namun, ia juga tak menutupi bahwa dirinya juga homoseksual. Dalam wawancaranya untuk New Musical Express pada 12 Maret 1974, Freddie mengakui bahwa ia memang seorang gay. Meski begitu, ia masih kerap digosipkan memiliki hubungan khusus dengan perempuan, termasuk diantaranya dengan dua sahabat perempuannya.

& nbsp; &n bsp; Freddie akhirnya melabuhkan cintanya pada Jim Hutton, pacar terakhirnya yang hidup bersama dengannya selama delapan tahun. Jim-lah yang merawat Freddie saat sakit dan menunggui Freddie hingga akhir hidupnya.

Akibat kehidupannya yang gemerlap dan bergelimang uang, Freddie memang lalu dikenal memiliki hubungan yang cukup bebas dengan seringnya berganti –ganti pasanganan. Semuanya itu terpaksa dibayar mahal saat Freddie divonis menderita AIDS pada tahun 1987. Ia sempat menyangkal bahwa dirinya mengidap AIDS. Namun pada 23 November 1991, secara resmi diumumkan bahwa Freddi memang mengidap AIDS. Sayangnya, Freddie akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di depan teman-teman dekatnya, satu hari setelah pengumuman itu diberikan pada publik. Penggemarnya tersentak dan merasa sangat kehilangan.

Sebagai seorang Parsi, pemakaman Freddie pun dilaksanakan dengan tradisi Zoroastrian. Jenazahnya di kremasi di Pemakaman Kensal Green dan tak ada yang tahu di mana abunya disimpan.

Begitu tersentak dan besarnya rasa kehilangan para penggemarnya atas berita kematian Freddie, banyak di antara mereka yang mengabaikan penyakit ganas yang dideritanya itu, termasuk berita-berita miring tentang Freddie semasa hidupnya. Kini yang masih tetap dikenang adalah lagu-lagu yang berhasil dipopulerkan Freddie. Bahkan lagu “We are The Champions” seperti menjadi lagu kebangsaan dunia untuk dikumandangkan saat merayakan suatu kemenangan. Mungkin inilah yang disebut, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan kenangan.**Surien

DDImuat di Gober Nostalgia, Gramedia majalah
foto : www.saborizante.com

3 comments:

rakas149 said...

Bagus..
terima kasih..
bacaan baru bagi saya

waw keren said...

di memang seniman yang sangat berbakat....semua syair, gerakan-gerakan dia merupakan anonim..simbol sebuah pesan

JAMBI PROPERTI said...

Luar biasa..karya mu tetap dikenang..Friends.. Freddie mercury